Sabtu, 20 Februari 2021

PEMBERDAYAAN IBU-IBU PKK MELALUI PELATIHAN PRODUK TANAMAN TOGA

Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan dan bebas untuk bekerja di luar rumah serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah tanda kesejahteraan rumah tangga meningkat. Lebih dari itu, perempuan juga mempunyai andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan kelempok. Salah satu buktinya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan melakukan kegiatan usaha produktif rumah tangga.

Latar belakang pendidikan ibu-ibu PKK tersebut beragam (Lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi), dan sebagian besar adalah ibu rumah tangga dengan keadaan ekonomi keluarga yang berada pada ekonomi menengah ke bawah. Mencari pekerjaan sudah semakin sulit untuk ibu-ibu ini, sedangkan kebutuhan mencukupi kebutuhan sehari-hari mengharuskan pengeluaran yang semakin meningkat. Walaupun demikian, diyakini sangat banyak kemampuan yang dimiliki kaum ibu-ibu tersebut dalam meningktakan kesejahteraan keluarga. 

Pemberdayaan ibu-ibu PKK sebagai anggota masyarakat dan masih tergolong sebagai tenaga kerja produktif sangat penting dilakukan, bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kemandirian dalam berusaha, sekaligus memperluas lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan keluarga dalam usaha mencapai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam kaitannya dengan upaya untuk membina dan mengembangkan potensi keluarga dan daerah, dapat dilakukan melalui berbagai alternatif kegiatan, diantaranya berupa pelatihan pembuatan Jamu Instant dari kunyit. Alat produksi yang digunakan dalam proses pembuatannya tidaklah banyak dan tidak rumit, layaknya pabrik-pabrik besar. Alternatif ini dipilih mengingat ibu-ibu kader PKK di wilayah ini sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan bekal untuk merintis usaha dan mereka sebelumnya belum pernah mendapatkan latihan keterampilan ini. Peluang pemasarannya sangat terbuka lebar karena semakin menjamurnya usaha kecil disekitar daerah dusun Jetak desa Duren. Kegiatan ini juga menawarkan agar dapat dikerjakan di rumah sehingga ibu-ibu akan lebih mudah menyesuaikan dengan peran domestiknya sebagai ibu rumah tangga. 

Pembinaan ini diharapkan dapat melengkapi wawasan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu PKK dalam berbagai segi kehidupan keluarga, yang dapat digunakan untuk menunjukkan eksistensi dirinya, turut memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga dengan melakukan sendiri akan menghemat keuangan keluarga dan dapat dijadikan bekal untuk membuka usaha yang pada akhirnya dapat menambah penghasilan kelurga.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh tim KKN UIN Walisongo Semarang ini dilaksanakan di rumah ibu Mitun dusun Jetak desa Duren. Pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2021. Materi yang disampaikan adalah wirausaha dan peluang usaha rumahan, prinsip dasar pembuatan produk dan pengemasan produk.

Metode pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan materi penyuluhan adalah wirausaha dan peluang usaha rumahan, prinsip dasar produksi, pengemasan dan pemasaran produk.

Tujuan penyuluhan ini adalah memberikan ilmu dan wawasan baru kepada ibu-ibu PKK tentang wirausaha dan peluang usaha rumahan, sehingga terbuka pikiran serta tumbuh minat dan motivasi dalam diri mereka untuk berwirausaha. Disamping itu juga diberikan materi tentang prinsip dasar pembuatan, pengemasan dan pemasaran produk, bertujuan agar mitra mengetahui cara pembuatan, pengemasan yang baik dan strategi pemasaran produk. Penyuluhan ini disampaikan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab kepada peserta. 

2. Pelatihan Materi pelatihan adalah cara pembuatan jamu instant dari kunyit.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan tentang cara produksi, pengemasan dan pemasaran produk. Pelatihan tersebut disampikan dalam bentuk ceramah yang dilanjutkan dengan pemutaran video pembuatan jamu kunyit instan dan tanya jawab tentang cara pembuatan dan pengemasan aneka produk tersebut. 

3. Prosedur Kegiatan Kegiatan pengabdian ini meliputi :

a. Koordinasi dengan mitra, terkait dengan penyusunan jadwal kegiatan.

b. Persiapan penyuluhan dan pelatihan 

c. Penyuluhan tentang wirausaha dan peluang usaha rumahan 

Penyuluhan tentang prinsip dasar pembuatan jamu instant dari kunyit

d. Penyuluhan tentang pengemasan dan pemasaran produk 

e. Pelatihan cara pembuatan jamu instant dari kunyit 

f. Pelatihan tentang pengemasan dan pemasaran produk 

g. Pembinaan pasca kegiatan. 

4. Partisipasi Mitra

Partisipasi mitra dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah partisipasi aktif, dari mulai perencanaan kegiatan, penyusunan jadwal penyuluhan dan pelatihan. Partisipasi mitra akan di evaluasi. Evaluasi akan dilaksanakan selama dan setelah pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Selama pelaksanaan kegiatan dilakukan evaluasi dengan metode pengamatan langsung oleh Tim KKN UIN Walisongo Semarang.

Persiapan kegiatan ini berupa penentuan formula Jamu Instan Kunyit. Pembuatan melalui video penyuluhan dan pelatihan. Video penyuluhan berisi materi dasar tentang wirausaha dan peluang usaha rumahan, prinsip dasar pembuatan produk, pengemasan produk. Produk berupa minuman serbuk. Video pelatihan berisi tentang bahan-bahan, alat-alat dan cara pembuatan Jamu Instant kunyit. Pada persiapan pelatihan, Tim KKN UIN Walisongo Semarang melakukan uji coba resep pembuatan produk Jamu Instan kunyit, sehingga didapatkan komposisi yang tepat dan memberikan hasil optimal. Formula Jamu Instan kunyit yang akan diproduksi adalah sebagai berikut : 

- Bahan : Kunyit disiapkan sebanyak 750 gram serta Gula Pasir, bahan 1500 gram,

maka untuk tiga bahan menjadi 4500 gram.

- Alat : baskom kecil , pengaduk kayu, sendok, gelas ukur, masker, sarung tangan, kain lap, timbangan, wadah plastic besar wadah plastik sedang, ayakan, plastik kemasan, kompor, spatula, lumpang dan wajan 

- Cara Pembuatan: Pelatihan Pembuatan Jamu Instan : Kunyit dikupas kulitnya kemudian diparut baru disaring dan dimasukkan kedalam wajan berikut dengan gula pasir dengan perbandingan 1: 2, kemudian dipanaskan sampai pekat tidak ada lagi kandungan air dari kunyit. Setelah pekat matikan api kompor sambil campuran diaduk terus sampai terbentuk kristal serbuknya. Jika terbentuk bagian-bagian kristal yang menggumpal maka dapat dihaluskan menggunakan lumpang. Serbuk jamu dapat di ayak dengan mesh yang sesuai untuk mendapatkan serbuk jamu yang lebih halus merata. Aturan minumnya 100 gram Jamu Instant Kunyit dilarutkan dalam 200 ml air. 

Pasca Kegiatan pelatihan diberikan dalam ceramah yang dilanjutkan dengan eksperimen langsung dan Tanya jawab. Praktek cara pembuatan Jamu Instan Kunyit, ibu-ibu PKK dibagi dalam beberapa kelompok, kemuadian dengan dibimbing Tim KKN UIN Walisongo Semarang mempraktekkan sendiri pembuatan produk tersebut. Pelatihan dilaksanakan sampai semua peserta mahir mempraktekkan sendiri.

Jumat, 19 Februari 2021

Tradisi Tahlilan Di Duren




Budaya tahlilan dan yasinan merupakan salah satu budaya masyarakat di Indonesia yang hingga sekarang ini masih terpelihara. Hal ini terkait tidak saja pada kepercayaan yang bersifat teologis akan manfaat tahlilan bagi pembacanya, tetapi juga pada persoalan tradisi sosio-kultural yang menyertainya. Selama mengikuti prosesi tahlilan dan yasinan, sama sekali tidak terlihat hal-hal yang di khawatirkan oleh kelompok yang menolak amalan tersebut, yakni bahwa acara semacam ini bisa membuat orang menjadi syirik (menduakan Tuhan) atau bid’ah (mengada-ada). 
Pembahasan kajian kali ini bukan dimaksudkan untuk menyerang mereka yang suka maupun yang tidak suka dengan tahlilan dan yasinan, namun sebagai wacana untuk berpikir jernih dan dewasa bahwa bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, memerlukan media yang bisa mempersatukan berbagai elemen masyarakat yang berbeda ideologi dan keyakinan. Tradisi sekaligus amalan tersebut di harapkan bisa menjadi alternatif dari persoalan-persoalan yang ada. Tahlilan di harapkan mampu meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kerukunan umat di Indonesia, khususnya umat muslim di desa Duren. 
Tradisi tahlilan & yasinan di desa Duren di hadiahkan pahalanya untuk keluarganya, tokoh agama setempat, dan para mu’assis atau para ulama (mendoakan orang yang sudah meninggal) yang telah mendirikan organisasi ini dan berjuang untuk NU. Acara Tahlilan biasanya di adakan dari rumah ke rumah, di masjid-masjid atau pesantren dengan mengadakan sebuah acara pengajian keagamaan. Di samping itu, tahlilan juga diadakan pada acara-acara tertentu, seperti acara haul, pemberangkatan haji, halal bil halal, menjelang perkawinan seseorang, dan khitanan untuk menjadikan kerukunan hidup antar tetangga semakin erat.
Acara tersebut di ikuti oleh jama’ah bapak-bapak dan ibu-ibu di salah satu dusun yang ada di desa Duren yaitu dusun Mejing yang di dalamnya terdapat 5 RT. Mulai dari RT 04 rutinan tahlilan dan yasinan diadakan jamaah bapak-bapak setiap malam Jum’at ba’da isya, setiap malam Ahad ba’da magrib jamaah ibu-ibu rutinan berada di RT 01 dan RT 05, setiap malam Rabu ba’da Isya’ rutinan bertempat di RT 02 yang diadakan oleh jama’ah bapak-bapak dan ibu-ibu, dan setiap malam Kamis ba’da isya’ berada di RT 03 dengan jama’ah laki-laki. Tradisi Tahlilan ini selain bertujuan untuk mengingatkan kematian, tradisi tahlilan diselenggarakan untuk mengirim do’a pada kerabat yang meninggal.
Begitu pula yang dilakukan di dusun Mejing Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Acara Tahlilan selalu di agendakan hampir setiap harinya. Walaupun sedang menghadapi situasi Pandemi Covid-19 yang kurang bersahabat ini, disana tetap menyelenggarakan tahlilan yang diikuti tidak hanya oleh kaum pria, ibu-ibu dan remaja masjid pun bergabung pada kegiatan tersebut. Selain tahlilan, masyarakat juga banyak tradisi yang bersifat massal seperti Jam’iyyah Sholawat yang dilakukan setiap malam rabu, Khotmil Qur’an setiap Jum’at wage dan Manaqiban yang diadakan setiap selapan sekali di hari yang berbeda.
Budaya Khatmil Qur’an dan Sholawat merupakan nilai budaya yang diyakini kebenaran secara bersama dan nilai itu diwariskan dari generasi ke generasi. Acara khataman ini dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah dan mengharap agar masyarakat khususnya desa Duren dapat mengamalkan al-Qur’an dengan baik sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Sedangkan sholawat dilakukan agar masyarakat mendapatkan syafa’at dari Rasulullah SAW. Tujuan dari sholawat ini tidak lain untuk menambah ilmu tentang Rasulullah dan sangat bermanfaat bagi generasi-generasi penerus Islam selanjutnya terkhusus untuk memajukan pengetahuan keagamaan di desa Duren.
Dalam situasi pandemi Covid-19 pada saat ini tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menguatkan aspek hubungan sesama manusia (hablum minannas). Berkumpul bersama, saling berjabat tangan penuh keakraban, makan bersama sehingga terlihat sangat indah dan tak jarang dengan pertemuan tersebut muncul ide gagasan untuk membangun daerah ke arah yang lebih baik.
Tradisi ini (yasinan dan tahlilan) merupakan ruang konsolidasi masyarakat di tingkat akar rumput atau tingkat bawah. Tradisi ini biasanya dalam bentuk kelompok atau jama’ah tingkat dusun. Mereka secara bergiliran sesuai dengan urutan rumah ke rumah untuk ditempati kegiatan. Adapun mengenai akomodasi berupa makan dan minum dilakukan secara swadaya.
Menurut penulis, tradisi yasin dan tahlil dirasa sangat sederhana. Mulai dari hadroh(kirim pahala kepada ahli kubur), sholawat, hingga makan bersama yang dilakukan masyarakat di dusun Mejing. Kedua kegiatan tersebut selalu mendapatkan antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat. Hal itu karena kedua kegiatan tersebut dianggap kegiatan wajib sebagai rutinitas warga nahdiyyin (NU).
Berdasarkan aspek historis ini, bisa diketahui bahwa sebenarya tradisi tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain. Jadi, tradisi tahlilan, khususnya yang ada di Indonesia, merupakan hasil negosiasi antara agama pribumi dengan agama Islam yang datang kemudian, yang dilakukan oleh para mubaligh yang memahami akan kondisi masyarakat Indonesia.
Tahlilan yang pada mulanya ditradisikan oleh Wali Songo ini tidak lepas dari cara dakwahnya yang mengedepankan metode kultural atau budaya. Wali Songo mengajarkan nilai-nilai Islam secara luwes dan tidak secara frontal menentang tradisi Hindu yang telah mengakar kuat di masyarakat, namun membiarkan tradisi itu berjalan, hanya saja isinya diganti dengan nilai-nilai Islam.
Dalam tradisi lama, bila ada tetangga, kerabat atau saudara yang meninggal dunia, maka para kerabat famili dan tetangga biasanya akan berkumpul dan “jagongan” (berbincang-bincang) di rumah duka. Mereka bukannya mendoakan mayit tetapi begadang dengan bermain kartu/judi atau mabuk-mabukan. Wali Songo tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat dibiarkan tetap berkumpul namun acaranya diganti dengan mendoakan mayyit.
Tahlilan juga bisa memotivasi orang yang tertimpa musibah agar lebih bersabar dan tidak melakukan ratapan, menghiburya agar melupakannya, meringankan tekanan kesedihan dan himpitan musibah yang menimpanya, dan lain sebagainya. Tidak ada yang lebih baik dari menghibur serta meringankan bebannya selain mengajaknya berdzikir (mengingat Allah), dan berdoa bersama-sama, mendoakan si mayyit dan keluarga yang ditinggalkannya.
Melalui tahlilan, akan terbentuk pembinaan umat lewat jalur jamaah kebersamaan serta tercipta kesinambungan antar generasi (tua dan muda) dengan baik. Dengan di bangunnya komunikasi model ini, akan timbul penghormatan dan penghargaan kepada generasi sebelumnya, yaitu generasi yang sudah wafat. Inilah salah bentuk persaudaraan muslim yang dicoba untuk diwujudkan melalui aktivitas tahlil.

Selasa, 20 November 2018

Khidmah "Manaqib Bab 7"

Teks arab manaqib bab 7



 وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلَ : وَهُوَمِنْ بَابِ التَّحَدُّثِ بِالنِّعْمَةِ _لِقَوْلِه۪ تَعَالٰى : وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ _
            Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, telah berkata, bahwa beliau melahirkan rasa syukur atas kenikmatan yang diberikan kepadanya, karena firman Allah ta'ala : Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut- nyebutnya

            مَا مَرَّ مُسْلِمٌ عَلىٰ بَابِ مَدْرَسَتِىْ إِلَّا خَفَّفَ اللهُ عَنْهُ اْلعَذَابَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ _ وَأُخْبِرَ أَنَّ شَخْصًا يَصِيْحُ فِىْ قَبْرِه۪ فَمَضٰى إِلَيْهِ _ وَقَالَ إِنَّ هٰذَا زَارَنِىْ مَرَّةً وَلَا بُدَّ أَنْ يَرْحَمَهُ اللهُ تَعَالٰى_ فَلَمْ يَسْمَعْ لَه۫ بَعْدَ ذٰلِكَ صُرَاخٌ _
       Tiada seorang muslim yang melewati pintu madarasahku, melainkan Allah akan meringankan siksa yang menimpa padanya dihari kiamat. Dan diberitakan bahwa sesungguhnya ada seorang yang menjerit-jerit dalam kuburnya, maka Kanjeng Syaikh mendatangi kubur itu dan berkata : Sesungguhnya orang ini pernah mengunjungi saya sekali, maka semestinya Allah mengasihinya. Maka sejak itu tidak lagi terdengar suara menjerit-jerit dari dalam kubur tadi.

            وَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : عَشَرَ حُسَيْنُ الْحَلَّاجُ عَشْرَةَ فَلَمْ يَكُنْ فِىْ زَمَنِه۪ مَنْ يَأْخُذُ بِيَدِه۪ _ وَلَوْ كُنْتُ فِىْ زَمَنِه۪ لَأَخَذْتُبِيَدِه۪  _ وَأَنَا لِكُلِّ مَنْ َعَشَر مَرْكُوْبُه۫ مِنْ جَمِيْعِ أَصْحَابِىْ وَمُرِيْدِىْ وَمُحِبِّىْ إِلٰى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ _ آخُذُ بِيَدِه۪ كُلَّمَا عَشَرَ حَيًّا وَمَيِّتًا _فَإِنَّ فَرَسِىْ مُسْرَجٌ _ وَرُمْحِيْ مَنْصُوْبٌ _ وَسَيْفِيْ مَشْهُوْرٌ _وَقَوْسِيْ مَوْتُوْرٌ _ لِحِفْظِ مُرِيْدِىْ وَهُوَ غَافِلٌ_ 
            Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, berkata : Syaikh Husain Al-Halaj pernah terpeleset satu kali dalam menjalankan kewaliannya, hanya saja waktu itu tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya, seandainya saya hidup pada zamannya, pasti saya akan menolongnya, karena saya akan menolong orang-orang yang terpeleset dari sahabat-sahabatku, murid-muridku dan orang-orang yang cinta kepadaku sampai hari kiamat, saya gandeng tangannya, baik mereka masih hidup maupun setelah mati. Disebabkan karena kudaku sudah terpasang pelananya dan tombakku sudah tertancapkan dan pedangku sudah terhunus dan anak panahku sudah terpasang busurnya untuk menjaga santriku yang sedang lupa.

            وَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَا نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ _ أَنَا سَلَّابُ الْأَحْوَالِ _ أَنَا بَحْرٌ بِلَا سَاحِلٍ _ أَنَا الْمَحْفُوْظُ _ أَنَا الْمَلْحُوْظُ _ يآ صُوَّامُ يآ قُوَّامُ _ يآ أَهْلَ الْجِبَالِ دُكَّتْ جِبَالُكُمْ _ يآ أَهْلَ الصَّوَامِعِ هُدِّمَتْ صَوَامِعُكُمْ _ أَقْبِلُوْا إِلٰى أُمُوْرِ اللهِ _ يآ رِجَالُ يآ أَبْطَالُ _ يآ أَطْفَالُ _ هَلُمُّوْا إِلَيَّ وَخُذُوْا عَنِ اْلبَحْرِ الَّذِىْ لَا سَاحِلَ لَه۫ _ يآ عَزِيْزُ أَنْتَ وَاحِدٌ فِى السَّمآءِ _ وَأَناَ وَاحِدٌ فِى اْلأَرْضِ _ يُقَالُ لِيْ بَيْنَ الَّليْلِ وَالنَّهَارِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً _ وَأَنَا اخْتَرْتُكَ لِنَفْسِيْ _ وَيُقَالُ لِيْ أَيْضًا سَبْعِيْنَ مَرَّةً _ وَلِتُصْنَعَ عَلىٰ عَيْنِيْ _ وَعِزَّةِ رَبِّيْ إِنَّ السُّعَدآءَ وَاْلأَشْقِيآءَ يُعْرَضُوْنَ عَلَيَّ _ وَيُوْقَفُوْنَ لَدَيَّ _ وَإِنَّ نُوْرَ عَيْنِيْ فِى الَّلوْحِ الْمَحْفُوْظِ مُقِيْمٌ _ أَنَا غَائِصٌ فِىْ بَحْرِ عِلْمِ الْقَدِيْمِ _ أَنَا حُجَّةُ اللهِ عَلَيْكُمْ يَوْمَ اْلعَرْضِ _ أَنَا نَائِبُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَارِثُه۫ _ يُقَالُ يآ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ(اَلْفَاتِحَةُ) تَكَلَّمْ يُسْمَعْ مِنْكَ _ قَالَ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَللهِ مَا شَرِبْتُ حَتّٰى قِيْلَ لِيْ يآ عَبْدِ اْلقَادِرِ _رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) بِحَقِّيْ عَلَيْكَ إِشْرَبْ _ وَمَا أَكَلْتُ حَتّٰىقِيْلَ لِيْ بِحَقِّيْ عَلَيْكَ كُلْ _ وَأَمَنْتُكَ مِنَ الرَّدٰى _ تَجِيْءُ السَّنَةُ تُسَلِّمُ عَلَيَّ وَتُخْبِرُنِيْ بِمَا يَجْرِيْ فِيْهَا _ وَكَذَا الشَّهْرُ _ وَكَذَا اْلأُسْبُوْعُ _ وَكَذَا اْليَوْمَ _ وَقَالض مَرَّةً عَلَى اْلكُرْسِيِّ : إِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ تَعَالٰى فَاسْأَلُوْهُ بِيْ _

            Dan Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, berkata lagi : Saya ini ibarat apinya Allah yang telah dinyalakan. Saya ini Waliyullah yang akan merobek setiap orang yang tidak punya sopan santun kepadaku dan saya diberi ilmu bagaikan lautan yang tidak bertepi, saya ini dijaga oleh Allah, saya waliyullah yang diperhati kan. Wahai orang-orang yang berpuasa disiang hari, wahai yang ber tahajjud dimalam harinya, wahai orang-orang yang tinggal digunung yang sudah dibinasakan gunung-gunugnya, wahai orang-orang ahli gereja yang sudah dirobohkan gereja-gerejanya, menghadaplah kalian untuk taat melaksanakan perintah-perintah Allah, wahai wali rijal, wahai wali abthol, wahai wali athfal, kemarilah kalian kepadaku, ambillah ilmu dari waliyullah yang bagikan lautan yang tiada bertepi.Wahai Tuhan Yang Maha Agung, Engkaulah satu-satunya yang menguasai mahluk di langit dan bumi, dan saya orang yang menyatukan hatiku hanya musyahadah kepada-MU di bumi. Dikatakan kepadaku antara siang danmalam tujuh puluh kali : Aku (Allah) memilihmu dengan Dzat-Ku. Dan diucapkan lagi kepadaku tujuh puluh kali : Kamu dijadikan atas pemeliharaan-Ku. Demi keagungan Tukanku, bahwa orang-orang yang beruntung dan celaka diperlihatkan kepadaku dan diberhentikan dihadapanku dan sungguh nur mataku ada yang tinggal di lauhil mahfudh, saya adalah waliyullah yang bisa melihat kejadian yang telah lalu, saya waliyullah yang besok hari kiyamat dijadikan hujjatullah untuk kamu sekalian, saya sebagai pengganti dan pewaris Rasulullah saw, dikatakan kepadaku : Wahai Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), bicaralah, maka dari ucapanmu akan didengar/diterima. Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,(Al-Faatihah), barkataa : Demi Allah saya tidak akan minum sehingga dikatakan kepadaku : Wahai Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), dengan hak-Ku untukmu silahkan minum. Serta tidak makansehingga diucapkan kepadaku : Dengan hak-Ku untukmu silahkan makan dan Saya telah selamatkan kamu dari segala yang merusak. Masa tahun, bulan, seminggu dan hari, semuanya memberi salam kepadaku serta memberitakan kejadian-kejadian pada waktu-waktu tersebut. Pada suatu ketika beliau berada di atas kursinya dan berkata : Apabila kamu minta kepada Allah, maka mintalah dengan tawasul kepadaku.

             وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَسْمَرَ الَّلوْنِ _ مَقْرُوْنَ الْحاجِبَيْنِ _عَرِيْضَ الِّلحْيَةِ طَوِيْلَهَا _ عَرِيْضَ الصَّدْرِ _ نَحِيْفَ اْلبَدَنِ _ رَبْعَ اْلقَامَةِ _ جَوْهَرِيَّ الصَّوْتِ _ بَهِيَ الصَّوْتِ _ سَرِيْعَ الدَّمْعَةِ _ شَدِيْدَ الْخَشْيَةِ _ كَثِيْرَ الْهَيْبَةِ _ مُجَابَ الدَّعْوَةِ _ كَرِيْمَ اْلأَخْلَاقِ _ طَيِّبَ اْلأَعْرَاقِ _ أَبْعَدَ النَّاسِ عَنِ اْلفُحْشِ وَأَقْرَبَهُمْ إِلَى الْحَقِّ _ شَدِيْدَ اْلبَأْسِ _ إِذَا انْتُهِكَ مَحَارِمُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ _ لَا يَغْضَبُ لِنَفْسِه۪ _ وَلَا يَنْصُرُ لِغَيْرِ رَبِّه۪ _ وَلَا يَرُدُّ سآئِلًا وَلَوْ بِأَحَدِ ثَوْبَيْهِ _ وَكَانَ التَّوْفِيْقُرَائِدَه۫ _ وَالتَّأْيِـيْدُ  مُعَارِضَه۫ _ وَاْلعِلْمُ مُهَذِّبَه۫ _ وَاْلقُرْبُ مُؤَيِّدَه۫_ وَالْمُحَاضَرَةُ كَنْزَه۫ _ وَالْمَعْرِفَةُ حِرْزَه۫ _ وَالْخِطَابُ مَسِيْرَه۫ _وَالَّلحْظُ سَفِيْرَه۫ _ وَاْلأُنْسُ نَدِيْمَه۫ _ وَاْلبَسْطُ نَسِيْمَه۫ _وَالصِّدْقُ رَايَتَه۫ _ وَاْلفَتْحُ بِضَاعَتَه۫ _  وَاْلعِلْمُ ضَيْعَتَه۫ _ وَالذِّكْرُسَمِيْرَه۫ _ وَالْمُكَاشَفَةُ غِذآءَه۫ _ وَالْمُشَاهَدَةُ شِفآءَه۫ _ وآدَابُ الشَّرِيْعَةِ ظَاهِرَه۫ _ وَأَوْصَافَ الْحَقِيْقَةِ سَرآئِرَه۫ _ قَدَمُهُ التَّفْوِيْضُ وَالْمُوَافَقَةُ _ مَعَ التَّبَرِّىْ مِنَ الْحَوْلِ وَاْلقُوَّةِ _ وَطَرِيْقُه۫تَجْرِيْدُ التَّوْخِيْدِ _ وَتَوْحِيْدُ التَّفْرِيْدِ _ مَعَ الْحُضُوْرِ فِىْ مَوْقِفِ اْلعُبُوْدِيَّةِ _ بَشَرٌ قَائِمٌ فِىْ مَوْقِفِ اْلعَبْدِيَّةِ _ لَابِشَيْءٍ وَلَالِشَيْءٍ _وَكَانَتْ عُبُوْدِيَّتُه۫ مُسْتَمَدَّةً مِنْ مَحْضِ كَمَالِ الرُّبُوْبِيَّةِ _ فَهُوَ عَبْدٌ سَمَا عَنْ مُصَاحَبَةِ التَّفْرِقَةِ إِلٰى مُرَافَقَةِ الْجَمْعِ مَعَ لُزُوْمِ أَحْكَامِ الشَّرِيْعَةِ _ وَفَضآئِلُه۫ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَثِيْرَةٌ _ وَأَحْوَالُه۫  أَظْهَرُ مِنْ شَمْسِ الظَّهِيْرَةِ _ وَكَانَتْ وَفَاتُه۫ دَامَتْ عَلَيْنَا بَرَكَاتُه۫  فِى اْليَوْمِ الْحَدِىْ عَشَرَ مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ الثَّانِىْ سَنَةَ إِحْدٰى وَسِتِّيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ _ وَعُمْرُه۫  إِحْدٰى وَتِسْعِيْنَ سَنَةً _ وَدُفِنَ بِبَغْدَادَ _وَقَبْرُه۫  ظَاهِرٌ يُزَارُ _ وَيُقْصَدُ مِنْ سآئِرِ اْلأَقْطَارِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَنَفَعَنَا بِه۪ أَجْمَعِيْنَ _ اَللهم آمِيْنَ اَللهم آمِيْنَ _
            Adalah Kanjeng Syaikh ra warna kulitnya sawu matang, kedua alisnya bertemu, jenggotnya lebat dan panjang, dadanya bidang, badan nya ramping, tingginya sedang, suaranya nyaring, dan merdu, mudah menetes air matanya, sangat takut kepada Allah ta'ala, besar kewibawaan nya, do'anya mustajabah, luhur budi pekertinya, keatas maupun kebawah keturunannya baik, paling jauh-jauhnya manusia dari perbuatan jahat, dan sedekat dekatnya manusia kepada perbuatan yang benar, sangat dimurkanya bila mengetahui larangan Allah diterjang, tidak marah karena hanya menuruti hawa nafsunya, tidak mau menolong karena selain Allah, tidak pernah menolak orang minta-minta walaupun salah satu bajunya yang diminta, pertolongan Allah yang menjadi dasar pokok hidupnya. Semua thoriqnya dikuatkan oleh Allah, ilmunya menjadi pembersih kotoran, pendekatannya kepada Allah menguatkan kewaliannya, ingat kepada Allah dengan hudlur yang menjadi gudang nya, ma'rifatnya kepada Allah menjadi bentengnya, munajatnya kepada Allah menjadi amal perbuatannya, kewaspadaannya sebagai peng-hubung dirinya kepada Allah, mesra kepada Allah menjadi kawan berbincangnya, lapang dada menjadi kecintaannya, kebenaran menjadi lambang hidupnya, terbukanya hati menjadi bekalnya, sifat penyantun menjadi wataknya, dzikir kepada Allah menjadi ucapannya, persaksian nya kepada Allah menjadi obat, peraturan agama menjadi jembatan nya, semua sifat-sifat ilmu hakikat menjadi kepribadiannya, menyerah dan puas akan ketentuan Allah, dengan menyadari tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah, thoriqohnya menurut tauhid, meyakinkan ke Esaan Allah, dzikir dengan hati yang hudlur pada waktu bertandang ibadah kepada Allah, beliau adalah seorang yang sangat menyadari akan kejadiannya sebagai hamba Allah, dengan secara rutin beribadah kepada Allah, bukan untuk sesuatu dan tidak karena sesuatu, tetapi ibadahnya ikhlas karena sebagai hamba yang setia kepada sifat-sifat kesempurnaan Allah dan beliau adalah hamba Allah yang agung, yang selalu menyatu jiwanya dengan Allah waktu berdzikir dan disertai menepati terhadap hukum-hukum Allah. Keistimewaan-keistimewaan Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, masih banyak lagi, perilaku utamanya namapak jelas, bahkan lebih terang dari matahari diwaktu duhur. Beliau wafat pada hari jum'at tanggal sebelas, Rabi'ul akhir 571 H. Umurnya sembilan puluh satu tahun. Makamnya dikampung Bebul Aroj, Baghdad dan banyak dikunjungi orang dari berbagai manca negara. Semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, dan memberikan kemanfa'atan kepada kita semua sebab beliau, ya Allah kabulkan, ya Allah kabulkan.

اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum keridhoan-Mu kepada kanjeng    Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh..

Khidmah "Manaqib Bab 6"

Teks arab manaqib bab 6



وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَا يَجْلِسُ الذُّبَابُ عَلىٰ ثِيَابِه۪ وَرَاثَةً لَه۫ مِنَجَدِّه۪ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ _ فَقِيْلَ لَه۫ فِىْ ذٰلِكَ ؟ فَقَالَ : أَيُّ شَيْئٍ يَعْمَلُ الذُّبَابُ عِنْدِىْ وَلَيْسَ عِنْدِىْ مِنْ دِبْسِ الدُّنْيَا وَعَسَلِ الْآخِرَةِ ؟ _
            Adalah Kekaromahan Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, pakaiannya tidak pernah dihinggapi lalat, karena mewarisi eyangnya yaitu Nabi saw. Orang yang melihatnya sempat menanyakan lantaran apa yang menyebabkan? Maka Kanjeng Syaikh menjawab : Untuk apa lalat hingap pada diriku, yang pada diriku ada tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan madunya akhirat, melainkan hanya semata mata ikhlas karena Allah.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّه۫ جَلَسَ مَرَّةً يَتَوَضَّأُ فَقَذَرَ عَلَيْهِ عُصْفُوْرٌ_ فَرَفَعَ رَأْسَه۫ فَخَرَّ اْلعُصْفُوْرُ مَيْتًا _ فَغَسَلَ الثَّوْبَ ثُمَّ تَصَدَّقَ بِه۪عَنِ اْلعُصْفُوْرِ _ وَقَالَ : إِنْ كَانَ عَلَيْنَا إِثْمٌ فَهُوَ كَفَّارَتُه۫ _
            Dari sebagian kekaromahannya, satu ketika beliau duduk mengambil air wudhu kejatuhan kotoran burung emprit, lalu beliau mengangkat kepalanya, maka jatuhlah burung itu dan mati. kemudian beliau melepas pakaiannya untuk dicuci lalu disedekahkan sebagai tebusan burung tadi, dan berkatalah beliau : Bila pada saya ada dosa maka itulah tebusannya.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا أَنَّ إِمْرَأَةً أَتَتْهُ بِوَلَدِهَا لِتُشَوِّقَه۫ إِلٰىصُحْبَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَتُسَلِّكَه۫فَأَمَرَه۫ بِالْمُجَاهَدَةِ وَسُلُوْكِ طَرِيْقِ السَّلَفِ _ فَرَأَتْهُ يَوْمًا نَحِيْلًا وَرَأَتْهُ يَأْكُلُ خُبْزَ شَعِيْرٍ _ وَدَخَلَتْ عَلَى الشَّيْخِ وَوَجَدَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ عَظْمَ دَجَاجَةٍ مَلْعُوْقَةٍ _ فَسَأَلَتْهُ عَنِ الْمَعْنٰى فِىْ ذٰلِكَ ؟ _ فَوَضَعَ الشَّيْخُ يَدَه۫ عَلَى اْلعِظَامِ _ وَقَالَ لَهَا : قُوْمِىْ بِإِذْنِ اللهِ تَعَالٰىالَّذِىْ يُحْيِى اْلعِظَامَ وَهِىَ رَمِيْمٌ ! فَقَامَتِ الدُّجَاجَةُ سَوِيَّةً وَصَاحَتْ    (لآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ _ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ وَلِيُّ اللهِ)  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَقَالَ لَهَا : إِذَا صَارَ ابْنُكِ هٰكَذَا فَلْيَأْكُلْ مَاشآءَ _
       Dan dari kekaromahannya lagi, ada seoranag perempuan datang kepada beliau dengan membawa putranya dan diserahkan kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah),  untuk menjadi santrinya dan belajar ilmu suluk. Putra tadi diterima, kemudian diperintahkan memerangi nafsunya serta menjalankan ibadah sebagaimana dilakukan oleh ulama-ulama salaf. Suatau hari ibunya sowan kepada Kanjeng Syaikh, dilihat anaknya menjadi kurus, si ibu kemudian masuk kedalam kamar Kanjeng Syaikh dan melihat di depanya tulang-tulang ayam dari sisa daharan Kanjeng Syaikh. Maka si ibu kemudian menanyakan arti dari semua itu. Maka Kanjeng Syaikh meletakkan tanganya di atas tulang tadi sambil berkata : Berdirilah dengan izin Allah yang menghidupkan tulang-tulang yang hancur, maka berdirilah tulang tulang itu kembali menjadi ayam dan berkokok : "LAA ILAAHA ILLALLOOH MUHAMMADUR RASUULULLOOH ASY-SYAIKHU ABDUL QOODIR WALIYYULLOOH" artinya : Tidak Ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan Nabi , Muhammad adalah utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah swt. semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,(Al-Faatihah), maka beliau berkata kepada si ibu : Kalau anak mu sudah dapat berbuat seperti ini, maka boleh makan sekehendaknya.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا أَنَّه۫ مَرَّ بِمَجْلِسِه۪ حِدَأَةٌ فِىْ يَوْمٍ شَدِيْدِ الرِّيْحِ _ فَشَوَّشَتْ بِصِيَاحِهَا عَلَى الْحَاضِرِيْنَ _ فَقَالَ : يآرِيْحُ خُذِىْ رَأْسَهَا ! فَوَقَعَتْ لِوَقْتِهَا مَقْطُوْعَةَ الرَّأْسِ _ فَنَزَلَ عَنِ اْلكُرْسِيِّ وَأَخَذَهَا فِىْ يَدَه۪ وَأَمَرَّ اْلأُخْرٰى عَلَيْهَا _ وَقَالَ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ_ فَحَيَّتْ وَطَارَتْ سَوْيَّةً بِإِذْنِ اللهِ تَعَالٰى _وَالنَّاسُ يُشَاهِدُوْنَ ذٰلِكَ _
            Dan dari kekaromahannya lagi, pada suatu hari ketika angin sedang berhembus kencang ada seekor burung elang di atas majelis pengajian beliau dengan suara yang keras dan suaranya menggangu orang-orang yang hadir di majlis itu, maka beliau berkata : Wahai angin, potonglah kepala burung itu. Maka seketika jatuhlah burung itu dengan keadaan kepala terputus. Kemudian beliau turun dari kursinya, mengambil burung tadi mengelus elus dengan membaca : "Bismillaahir rahmaanir rohiim", maka burung itu hidup kembali dan terbang lagi dengan izin Allah ta'ala, akan hal itu disaksikan oleh orang orang yang hadir dimajlis itu.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّ أَبَا عُمَرَ عُثْمَانَ الصَّيْرَفِىَّ وَأَبَا مُحَمَّدٍ عَبْدِ الْحَقِّ اَلْحَرِيْمِىَّ رَحِمَهُمَا اللهُ تَعَالٰى قَالَا : كُنَّا بَيْنَ يَدَيِ الشَّيْخِ بِمَدْرَسَتِه۪ يَوْمَ اْلأَحَدِ ثَالِثَ صَفَرَ سَنَةَ خَمْسٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ _ فَتَوَضَّأَ الشَّيْخُ عَلىٰ قَبْقَابِه۪ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ_ فَلَمَّا سَلَّمَ صَرَخَ صَرِخَةً عَظِيْمَةً وَرَمٰى بِفَرْدَةِ قَبْقَابِه۪ فِى الْهَوآءِ فَغَابَتْ عَنْ أَبْصَارِنَا _ ثُمَّ فَعَلَ ثَانِيَةً كَذٰلِكَ بِاْلأُخْرٰى _ ثُمَّ جَلَسَ فَلَمْ يَتَجَاسَرْ أَحَدٌ عَلىٰ سُؤَالِه۪ _ ثُمَّ قَدِمَتْ قَافِلَةٌ مِنْ بِلَادِ اْلعَجَمِ بَعْدَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ يَوْمًا _ فَقَالُوْا إِنَّ مَعَنَا لِلشَّيْخِ نَذْرًا فَاسْتَأْذَنَّاهُ_ فَقَالَ : خُذَاهُ مِنْهُمْ فَأَعْطَوْنَا شَيْأً مِنْ ذَهَبٍ وَثِيَابًا مِنْ حَرِيْرٍ وَخَزٍّ وَاْلقَبْقَابَ بِعَيْنِه۪ _ فَسَأَلْنَاهُمْ عَنِ الْمَعْنٰى فِىْ ذٰلِكَ _ فَقَالُوْا : بَيْنَمَا نَحْنُ سآئِرُوْنَ يَوْمَ اْلأَحَدِ ثَالِثَ صَفَرَ إِذْ خَرَجَتْ عَلَيْنَا عَرَبٌ لَهُمْ مُقَدِّمَانِ_ فَانْتَهَبُوْا أَمْوَالَنَا وَنَزَلْنَا عَلىٰ شَفِيْرِ اْلوَادِىّ_فَقُلْنَا لَوْ ذَكَرْنَا الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ)فَنَذَرْنَا لَه۫ شَيْئًا مِنْ أَمْوَالِنَا سَلِمْنَا فَمَا هُوَ إِلَّا أَنْ ذَكَرْنَاهُ _ وَجَعَلْنَالَه۫ شَيْئًا فَسَمِعْنَا صَرْخَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ مَلَأَتَا اْلوَادِىَ وَرَأَيْنَاهُمْ مَذْعُوْرِيْنَ _ فَظَنَنَّا أَنْ قَدْ جآءَهُمْ مِثْلُهُمْ يَأْخُذُهُمْ _ فَجآئَنَا بَعْضُهُمْ _ وَقَالَ تَعَالَوْا إِلَيْنَا وَخُذُوْا أَمْوَالَكُمْ وَانْظُرُوْا مَا قَدْ دَّهَمَنَا_ فَأَتَوْا بِنَا إِلٰى مُقَدِّمَيْهِمْ فَوَجَدْنَا هُمَا مَيْتَيْنِ _ وَعِنْدَ كُلٍّ مِنْهُمَا فَرْدَةُ قَبْقَابٍ مُبْتَلَّةٍ بِمآءٍ فَرَدُّوْا عَلَيْنَا مَا أَخَذُوْا وَقَالُوْا لَنَا : إِنَّلِهٰذَا اْلأَمْرِ نَبَأً عَظِيْمًا _
                Dan dari karomaahnya lagi, Syaikh Abu Umar Utsman As-Shairofi dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al-Harimiyah, semoga Allah memberi rahmat keduanya, berkata : Kami pernah berdampingan dengan Syaikh berada di madrasahnya pada hari Ahad tanggal 3 Shafar tahun 555 H, beliau berwudhu dengan klompennya lalu shalat dua rakaat, setelah salam berteriak sekeras-kerasnya seraya melemparkan klompennya yang satu sejauh-jauhnya ke atas sampai tidak nampak dari pandangan kami, kemudian melakukan lagi seperti itu untuk kedua kalinya dengan klompen yang satunya. Kemudian duduk dan tidak ada seorangpun yang berani menanyakan kejadian itu. Setelah 23 hari dari kejadian itu, datanglah serombongan musyafir dari luar negeri, mereka berkata :  Kami mempunyai nadzar, maka kami mohon diizinkan untuk menghadap Kanjeng Syaikh. Maka beliau berkata kepada kami berdua : Ambillah nadzar yang dibawa mereka. Kemudian memberikan barang nadzarnya berupa emas, pakaian sutra, pakaian berbulu sutra dan klompen milik Kanjeng Syaikh. Maka kami bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi sesungguhnya? Merekapun bercerita : Pada hari Ahad tanggal 3 Shafar yang lalu kami dalam perjalanan, tiba-tiba ada serombongan manusia yang dipimpin dua orang, mereka merampok harta kami dan kamipun turun ke tepi jurang, maka kami berunding, bersepakat dengan lantaran Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah),, kami bernadzar kalau harta kami bisa selamat, kami akan memberikan sebagaian dari harta itu kepada Kanjeng Syaikh, ternyata nadzar kami dikabulkan Allah, tidak lama kemudian kami mendengar suara yang keras amat sampai dua kali memekikkan telingah, berdesing memenuhi seluruh jurang, sampai kami melihat mereka lelah lunglai, gemetar ketakutan, maka kami menduga mungkin kedatangan perampok lain yang merebut hasil rampasan mereka. Tiba-tiba diantara mereka ada yang mendatangi kami dan berkata : Kemarilah kalian untuk ikut kami, ambillah kembali hartamu dan periksalah apa yang membingungkan kami. Kemudian mereka membawa kami kepada kedua pemimpinnya, ternyata kami dapatkan mereka berdua telah meninggal dan di sampingnya masing-masing terdapat klompen yang masih basah dengan air. Dengan kejadian itu, yang lain menjadi ketakutan sehingga harta yang dirampasnya dikembalikan kepada kami, mereka sambil mengatakan : Peristiwa ini menggemparkan dan tidak pernah terjadi sebelumnya.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّه۫ جآءَه۫ رَجُلٌ مِنْ أَصْفِهَانَ لَه۫ مَوْلَاةٌ تُصْرَعُ وَقَدْ أَعْيَتِ الْمُعَزِّمِيْنَ _ فَقَالَ الشَّيْخُ : هٰذَا مَارِدٌ مِنْ وَادِىْ سَرَنْدِيْبَ وَاسْمُه۫ خَانْسٌ _ فَإِذَا صُرِعَتْ فَقُلْ فِىْ أُذُنِهَا : يآ خَانِسُ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) اَلْمُقِيْمُ بِبِغْدَادَ يَقُوْلُ لَكَ : لَا تَعُدْ تَهْلِكْ _ فَذَهَبَ الرَّجُلُ وَغَابَ عِشْرِيْنَ سَنَةً _ ثُمَّ قَدِمَ وَسُئِلَ وَأَخْبَرَ أَنَّه۫ فَعَلَ مَا قَالَ الشَّيْخِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ _ وَلَمْ يَعُدِ الصَّرْعَ إِلَيْهَا إِلَى اْلآنَ _ وَقَالَ بَعْضُ رُؤَسآءِ التَّعْزِيْمِ : مَكَثْتُ بِبَغْدَادَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً فِىْ حَيَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ(اَلْفَاتِحَةُ) وَلَا يَقَعَ فِيْهَا صَرْعٌ عَلىٰ أَحَدٍ _ فَلَمَّا مَاتَ وَقَعَ الصَّرْعُ_
                Dan dari karomahnya, pernah seorang laki-laki dari kota Asfihan berkunjung kepada beliau untuk mengobatkan budak perempuannya yang sudah dimerdekakan, karena sering tidak sadarkan diri dan sudah diobatkan ke mana-mana. Maka Kanjeng Syaikh berkata : Ini gangguan jin dari goa Sarondib, namanya jin Khonis, apabila ia sakit lagi bacakan di telinganya : Hai jin KhonisKanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkankeridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), yang tinggal di Baghdad mengatakan kepadamu jangan kembali kalau tidak ingin binasa. Maka pulanglah orang itu dan tidak muncul lagi. Setelah dua puluh tahun lamanya orang itu datang lagi menghadap Kanjeng Syaikh, dan setelah ditanya ia menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Kanjeng Syaikh sudah dilaksanakan dan penyakit itu tidak pernah datang lagi sampai sekarang. Bahkan sebagian tabib ahli jiwa mengatakan : Selama kami menetap di Baghdad empat puluh tahun, selama mendiangnya Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), di Bagdad tidak pernah terjadi seorangpun menderita sakit jiwa, setelah beliau wafat maka berjangkitlah penyakit jiwa itu.

وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ ثَلَاثَةَ مِنْ أَشْيَاخِ جِيْلَانَ أَتَوْا إِلٰى زِيَارَتِه۪قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ _ فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَيْهِ رَأَوُا اْلإِبْرِيْقَ مُوَجِّهًا إِلٰى غَيْرِ جِهَةِ اْلقِبْلَةِ _ وَالْخَادِمُ وَاقِفُ بَيْنَ يَدَيْهِ _ فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلٰى بَعْضٍ كَالْمُنْكِرِيْنَ عَلَيْهِ _ بِسَبَبِ تَوَجُّهِ اْلإِبْرِيْقِ لِغَيْرِ جِهَةِ اْلقِبْلَةِ _ وَقِيَامَ الْخَادِمِ بَيْنَ يَدَيْهِ _ فَوَضَعَ الشَّيْخُ كِتَابًا مِنْ يَدَه۪ وَنَظَرَ إِلَيْهِمْ نَظْرَةً وَإِلَى الْخَادِمِ أُخْرٰى فَوَقَعَ مَيْتًا _ وَنَظَرَ إِلَى اْلإِبْرِيْقِ نَظْرَةًأُخْرٰى _ فَدَارَ وَطَافَ اْلإِبْرِيْقِ وَحْدَه۫  إِلَى اْلقِبْلَةِ _
Dan dari karomahnya, ada tiga orang guru dari negeri Jilan datang berziarah kepada beliau. Sewaktu masuk rumah Kanjeng Syaikh, mereka melihat kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan berdiri di sisi Kanjeng Syaikh, kemudian mereka saling berpandangan seperti menunjukkan sikap tidak senang kepada Kanjeng Syaikh sebab kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan berdiri di sebelahnya, maka Kanjeng Syaikh meletakkan kitab yang ada di tangannya terus memandang kepada mereka dan kepada pelayan, seketika itu juga pelayan tadi mati, kemudian beliau memandang ke arah kendi dan kendi itupun berputar sendiri menghadap kiblat.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّ أَبَا الْمُظَفَّرْ حَسَنَ بْنَ تَمِيْمِ اْلبَغْدَادِىَ التَّاجِرَ جآءَ إِلَى الشَّيْخِ حَمَّادِ بْنِ مُسْلِمٍ بْنِ دَرْوَةَ  الدَّبَّاسِ _ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالٰى فِىْ سَنَةِ إِخْدٰى وَعِشْرِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ _ وَقَالَ لَه۫ : يَا سَيِّدِىْ قَدْ جُهِّزَتْ لِىْ قَافِلَةٌ إِلَى الشَّامِ فِيْهَا بِضًاعَةٌ بِسَبْعِمِائَةِ دِيْنَارٍ _ فَقَالَ : إِنْ سَافَرْتَ فِىْ هٰذِهِ السَّنَةِ قُتِلْتَ وَأُخِذَ مَالُكَ _فَخَرَجَ مِنْ عِنْدِه۪ مَغْمُوْمًا فَوَجَدَ فِى الطَّرِيْقِ  الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ_ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَهُوَ شَابٌّ يَوْمَئِذٍ _ فَحَكىٰ لَه۫ مَا قَالَه۫ الشَّيْخُ حَمَّادٌ _ فَقَالَ لَه۫ : سَافِرْ تَذْهَبْ سَالِمًا وَتَرْجِعُ غَانِمًا _وَالضَّمَانُ عَلَيَّ فِىْ ذٰلِكَ _ فَسَافَرَ إِلَى الشَّامِ وَبَاعَ بِضَاعَتَه۫ بِأَلْفِ دِيْنَارٍ _ وَدَخَلَ يَوْمًا إِلٰى سِقَايَةٍ فِىْ حَلَبَ لِقَضآءِ حَاجَةِ اْلإِنْسَانِ_ وَوَضَعَ أَلْفَ دِيْنَارٍ عَلىٰ رَفٍّ مِنَ السِّقَايَةِ _ وَخَرَجَ وَتَرَكَهَا نَاسِيًا_ وَأَتٰى إِلٰى مَنْزِلِه۪ _ فَأُلْقِيَ عَلَيْهِ النُّعَاسُ فَنَامَ فَرَآى فِىْ مَنَامِه۪كَأَنَّه۫ فِىْ قَافِلَةٍ قَدْ خَرَجَتْ عَلَيْهَا اْلعَرَبُ _ وَانْتَهَبُوْهَا وَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهَا _ وَأَتَاهُ أَحَدُهُمْ فَضَرَبَه۫ بِحَرْبَةٍ فَقَتَلَه۫ فَانْتَبَهَ فَزِعًا _ وَوَجَدَ أَثَرَ الدَّمِ فِىْ عُنُقِه۪ وَأَحَسَّ بِاْلأَلَمِ _ وَذَكَرَ اْلأَلْفَ فَقَامَ مُسْرِعًا إِلَى السِّقَايَةِ _ فَوَجَدَهَا فِىْ مَكَانِهَا سَالِمًا _ وَرَجَعَ إِلٰى بَغْدَادَ فَلَمَّا دَخَلَهَا قَالَ فِىْ نَفْسِه۪ : إِنْ بَدَأْتُ بِالشَّيْخِ حَمَّادٍ فَهُوَ اْلأَسَنُ _ وَ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَهُوَ الَّذِىْ صَحَّ كَلَامُه۫ _ فَلَقِيَ الشَّيْخَ حَمَّادًا فِىْ أَثْنآءِ تَرْدِيْدِ الْخَاطِرِ فِىْ سُوْقِ السُّلْطَانِ _ فَقَالَ لَه۫ : يآ أَبَا الْمُظَفَّرْ إِبْدَأْ بِعَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَإِنَّه۫ مَحْبُوْبٌ _ وَلَقَدْ سَأَلَ اللهَ فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً حَتّٰى جَعَلَ مَا قُدِّرَ عَلَيْكَ مِنَ اْلقَتْلِ يَقَظَةً مَنَامًا _ وَمْنَ اْلفَقْرِ عِيَانًا نِسْيَانًا _ وَجآءَ إِلَى الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ(اَلْفَاتِحَةُ) فَقَالَ لَه۫ إِبْتِدَاءً : قَالَ لَكَ الشَّيْخُ حَمَّادٌ : إِنَّنِىْ سَأَلْتُ اللهَ فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً_ وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ _ لَقَدْ سَأَلْتُ اللهَ تَعَالٰىفِيْكَ سَبْعَ عَسَرَةَ وَسَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً إِلٰى تَمَامِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً _ حَتّٰىكَانَ مَا ذَكَرَه۫ _ 
            Dan dari karomahnya lagi, bahwa sesungguhnya Abul Mudhoffar Hasan bin Tamimi Al-Baghdadi adalah seorang pedagang, datang kepada Syaikh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas, semoga Allah memberi rahmat keduanya, pada tahun 521 H seraya berkata : Wahai  junjunganku, saya telah menyiapkan kafilah yang membawa dagangan seharga 700 dinar ke negeri Syam. Syaikh Hammad berkata : Kalau kamu pergi pada tahun ini kamu akan terbunuh dan daganganmu dirampas, Setelah itu Abul Mudhoffar keluar  dari Syaikh Hammad dengan membawa perasaan sedih, di jalan berjumpa dengan Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), yang pada waktu itu beliau masih berusia muda. Abul Mudhoffar menceritakan apa yang dikatakan Syaikh Hammad kepadanya. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepadanya : Pergilah, maka kamu akan selamat dan kembali akan membawa keuntungan, urusan itu akulah yang bertanggung jawab. Abul Mudhoffar pergi ke negeri Syam dan ternyata bisa menjual dagangannya dengan harga seribu dinar. Pada satu hari Abul Mudhoffar masuk WC untuk menunaikan hajat di Halaba, dan dia meletakkan uang seribu dinar di gantungan WC, dan ketika keluar ia lupa uangnya, sampai di rumah ia mengantuk dan tertidur. Dalam tidurnya bermimpi dalam kafilah didatangi orang Baduwi yang merampas hartanya dan membunuh semua orang yang ada di kafilah itu. Dan ada pula diantara Baduwi itu mendatanginya dan memukul dengan pedang serta membunuh nya, maka ia terbangun dengan gemetar ketakutan dan menemukan bekas darah di lehernya serta merasa sakit. Dan setelah teringat uangnya seribu dinar tertinggal, maka ia cepat-cepat bangun dan pergi ke WC di Halaba, dan uang tersebut didapatkan masih di tempat semula dengan selamat, kemudian pulang ke Bagdad. Setelah tiba ia berkata dalam hati : Kalau aku berkunjung kepada Syaikh Hammad lebih dahulu, memang beliau lebih tua dan kalau kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), karena beliau benar kata-katanya. Sewaktu ia berfikir demikian berada dipasar Sulthon dan Syaikh Hammad berkata kepadanya : Wahai Abul Mudhoffar, mulailah kamu berkunjung kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, karena beliau dicintai Allah dan sesungguhnya beliau berdoa kepada Allah untukmu sebanyak tujuh belas kali, sehingga kepastian matimu yang sebenarnya hanya kamu rasakan dalam mimpi dan kepastian fakir yang sebenarnya berubah hanya karena lupa saja. Kemudian Abul Mudhoffar pergi berkunjung kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), maka beliau mendahului berkata : Syaikh Hammad telah mengatakan kepadamu, bahwa saya berdo'a kepada Allah untukmu tujuh belas kali. Demi kemulyaan Allah yang berhak disembah, sesungguhnya saya berdo'a kepada Allah untukmu tujuh belas kali dan tujuh belas lagi sampai jumlahnya tujuh puluh kali, sehingga terjadi seperti apa yang dikatakan oleh Syaikh Hammad.

             وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ الشَّيْخَ عَلِيًّانِالْهَيْتِىَّ وَالشَّرِيْفَ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ أَبَا اْلغَنَائِمِ الْحَسَنِىِّ رَحِمَهُمَا اللهُ تَعَالٰى _ دَخَلَا دَارَ الشَّيْخِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ _ فَوَجَدَا إِنْسَانًا شَابًّا مُلْقًى عَلىٰ قَفَاهُ_ فَقَالَ لِلشَّيْخِ عَلِيِّ الْهَيْتِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : يَا سَيِّدِىْ إِشْفَعْ لِىْ عِنْدَ الشَّيْخِ _ فَلَمَّا ذَكَرَه۫ لَه۫ وَهَبَه۫ لَه۫ بِقَوْلِه۪ : قَدْ وَهَبْتُه۫ لَه۫_ فَخَرَجَا إِلَى الرَّجُلِالْمُلْقٰى وَعَرَفَاهُ بِذٰلِكَ _ فَقَامَ الرَّجُلُ وَخَرَجَ مِنْ كُوَّةٍ فِى الدِّهْلِيْزِ وَطَارَ فِى الْهَوآءِ _ فَرَجَعَا إِلَى الشَّيْخِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَسَأَلاَهُ عَنْ حَالِ الرَّجُلِ _ فَقَالَ : إِنَّه۫ مَرَّ فِى الْهَوآءِ وَقَالَ فِى نَفْسِه۪ : مَا فِىْ بَغْدَادَ رَجُلٌ مِثْلِىْ فَسَلَبْتُه۫ حَالَه۫ _وَلَوْ لَا الشَّيْخُ عَلِيٌّ مَا رَدَدْتُه۫ لَه۫ _
                Dan dari karomahnya lagi, sesungguhnya Syaikh Ali Al-Haity beserta Syaikh Syarif Abdullah bin Muhammad Abal Ghona-im, semoga Allah memberi rahmat keduanya berkunjung kepada Kanjeng Syaikh semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya, maka bertemu seorang pemuda tidur terlentang yang keadaannya sangat lemah. Maka pemuda itu berkata kepada Syaikh Al-Haity ra : Wahai  junjunganku, mohonkan syafaa'at kepada Kanjeng Syaikh agar saya dapat sembuh kembali. Maka ketika diaturkan, Kanjeng Syaikh pun memberinya syafa'at dengan mengatakan : Sungguh saya berikan syafa'at kepadanya. Maka keluarlah kedua Syaikh itu menemui pemuda tadi memberitahukan bahwa Kanjeng Syaikh sudah memberi syafa'at kepadanya. Maka berdirilah pemuda tadi dan keluar melalui jendela rumahnya lalu terbang ke udara. Kemudian kedua Syaikh tadi kembali menghadap Kanjeng Syaikh,semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau dan keduanya menanyakan tentang hal ihwal pemuda tadi. Maka Kanjeng Syaikh menjelaskan bahwa pemuda yang terbang tadi sesungguh nya berkata dalam hatinya : Tidak ada di Baghdad ini, seorangpun yang bisa seperti saya, maka itulah saya lenyapkan kehebatannya, kalau bukan karena Syaikh Ali, kehebatannya tidak akan saya kembalikan.

            وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ الشَّيْخَ أَبَا الْحَسَنِ الْمَعْرُوْفِ بِابْنِ الطَّنْطَنَةِ الْبَغْدَادِىِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالٰى _ قَالَ يَوْمَ وَفَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ _ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَضَرِيْحَه۫ _ كُنْتُ أَشْتَغِلُ بِالْعِلْمِ وَأُكْثِرُ الشَّهَرَ أَتَرَقَّبُ حَاجَةً لَه۫ _فَخَرَجَ لَيْلَةً مِنْ دَارِه۪ فِىْ صَفَرَ سَنَةَ ثَلَاثٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ_ فَنَاوَلْتُه۫ إِبْرِيْقًا فَلَمْ يَأْخُذْهُ وَقَصَدَ بَابَ الْمَدْرَسَةِ فَأَشَارَ إِلَيْهِ _فَانْفَتَحَ وَخَرَجَ وَخَرَجْتُ خَلْفَه۫ وَأَنَا أَقُوْلُ فِىْ نَفْسِىْ : إِنَّه۫ لَا يَشْعُرُبِىْ ثُمَّ انْغَلَقَ _ ثُمَّ تَابَ الْمَدِيْنَةِ كَذٰلِكَ ثُمَّ  مَشٰى غَيْرَ بَعِيْدٍ_ فَإِذَا نَحْنُ بِبَلْدَةٍ لَا أَعْرِفُهَا _ فَدَخَلَ مَكَانًا كَالرِّبَاطِ _ فَإِذاً فِيْهِ سِتَّةٌ مِنْ رِجَالٍ قُعُوْدٍ _ فَلَمَّا رَأَوُا الشَّيْخَ عَظَّمُوْهُ وَبَادَرُوْهُ بِالسَّلَامِ إِلَيْهِ _ وَاْلتَجَأْتُ إِلٰى سَارِيَةٍ فَسَمِعْتُ أَنِيْنًا مِنْ ذٰلِكَ الْمَكَانِ _ ثُمَّ بَعْدَ يَسِيْرٍ سَكَنَ ذٰلِكَ اْلأَنِيْنُ _ ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ إِلٰى تِلْكَ الْجِهَةِ الَّتِىْ فِيْهَا اْلأَنِيْنُ _ وَخَرَجَ يَحْمِلُ رَجُلًا مِنْ ذٰلِكَ الْجَانِبِ _ وَدَخَلَ شَخْصٌ مَكْشُوْفُ الرَّأْسِ _ طَوِيْلُ الشَّارِبِ _ فَوَقَفَ بَيْنَ يَدَىِ الشَّيْخِ فَأَخَذَ عَلَيْهِ الْعَهْدَ بِالشَّهَادَتَيْنِ _ وَقَصَّ رَأْسَه۫  وَشَارِبَه۫ وَاْلبَسَه۫  طَاقِيَةً وَسَمَّاهُ مُحَمَّدًا _ وَقَالَ لِلسِّتَّةِ : قَدْ أَمَرْتُ أَنْ يَكُوْنَ هٰذَا بَدَلًا عَنِ الْمَيِّتِ _ فَقَالُوْا سَمْعًا وَطَاعَةً _ ثُمَّ خَرَجَ وَتَرَكَهُمْ وَخَرَجْتُ مَعَه۫ _ وَمَشَيْنَا غَيْرِ بِعَيْدٍ _ وَإِذًا نَحْنُ عِنْدَ بَابِ بَغْدَادَ فَانْفَتَحَ كَأَوَّلِ مَرَّةٍ _ ثُمَّ أَتٰى بَابَ الْمَدْرَسَةِ كَذٰلِكَ فَدَخَلَدَارَه۫ _ ثُمَّ فِى الْغَدِ جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ أَقْرَأُ فَمَنَعَتْنِىْ هَيْبَتُه۫ _فَقَالَ : يآ بُنَىَّ إِقْرَأْ وَلَا عَلَيْكَ _ فَأَقْسَمْتُ عَلَيْهِ أَنْ يُبَيِّنَ لِىْ مَارَأَيْتُ بِاْلأَمْسِ _ فَقَالَ : أَمَّا اْلبَلَدُ فَنَهَاوَنْدُ _ وَأَمَّا السِّتَّةُ فَهُمُ اْلأَبْدَالُ النُّجَبآءُ _ وَأَمَّا صَاحِبُ اْلأَنِيْنِ فَسَابِعُهُمْ كَانَ مَرِيْضًا _فَلَمَّا حَضَرَتْهُ اْلوَفَاةُ جِئْتُ أَحْضُرُ وَفَاتُه۫ _ وَأَمَّا الَّذِىْ حَمَلَه۫ عَلىٰعَاتِـقِه۪ فَأَبُو اْلعَبَّاسِ الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلَامُ _ أَخَذَه۫ لِيَتَوَلّٰىأَمْرُه۫ _ وَأَمَّا اَّلذِىْ أَخَذْتُ عَلَيْهِ اْلعَهْدَ فَنَصْرَانِىُّ مِنَ اْلقُسْطَنْطِيْنِيَّةِ_ أَمَرْتُ أَنْ يَكُوْنَ عِوَضًا عَنِ الْمُتَوَفّٰى وَهُوَ اْلآنَ مِنْهُمْ _ قَالَ أَبُوالْحَسَنِ _ وَأَخَذَ عَلَيَّ اْلعَهْدَ أَنْ لَا أُحَدِّثَ بِذٰلِكَ لِأَحَدٍ مَا دَامَ حَيًّا _ وَقَالَ إِحْذَرْ مِنْ إِفْشآءِ السِّرِّ فِىْ حَيَاتِىْ _
                Dan dari karomahnya lagi, bahwa Syaikh Abal Hasan Al-Ma'ruf bin Thonthonah Al-Baghdadi semoga Allah ta'ala memberi rahmat kepadanya, berkata  pada hari wafatnya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau(Al-Faatihah), semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi cahaya makamnya : Sewaktu saya belajar di pondok Kanjeng Syaikh, saya tidak pernah tidur malam dikarenakan sibuk memperhatikan keperluan Kanjeng Syaikh. Pernah pada suatu malam bulan Shafar 553 H, beliau kaluar dari rumahnya, sayapun menghaturkan sebuah kendi kepada beliau, tetapi tidak mau menerimanya dan menuju madrasah yang pintunya terkunci, lalu beliau menudingnya, tiba-tiba pintu tersebut membuka sendiri. Kanjeng Syaikh keluar dan saya membelakanginya dengan berkata dalam hati : Sungguh Kanjeng Syaikh tidak tahu kalau sedang saya ikuti dari belakang, kemudian pintu madrasah itu menutup sendiri. Kemudian beliau menuju ke pintu kota Baghdad, demikian juga pintu kota membuka sendiri setelah ditudingnya, tidak begitu beliau berjalan sampai di satu tempat yang belum saya kenal, maka beliau masuk ke suatu tempat yang terdapat sebuah bangunan menyerupai pondok. Tiba-tiba di dalamnya ada enam orang sedang duduk, setelah melihat Kanjeng Syaikh mereka berdiri mengucapkan salam penghormatan kapada beliau dan saya bersembunyi di belakang tiang pondok itu. Kemudian saya mendengar suara rintihan dari tempat tersebut, sesaat kemudian suara rintihan tadi sudah tidak terdengar lagi, kemudian masuk orang laki-laki ke tempat di mana terdengar rintihan tadi dan kemudian keluar lagi dengan membopong seorang laki-laki dari tempat tadi. Ketika itu juga datanglah seorang yang tidak memakai tutup kepala dan berkumis panjang dan berhenti di depan Kanjeng Syaikh yang kemudian diperintah untuk ikrar mengucapkan dua kalimat syahadat lalu dicukur rambut dan kumisnya serta disuruh mengenakan tutup kepala dan diberi nama Muhammad. Dan Kanjeng Syaikh berkata kepada enam orang tadi : Sungguh perintahkan agar Muhammad ini menjadi gantinya orang yang meninggal tadi. Maka enam orang tadi menjawab : Kami dengarkan dan akan kami laksanakan. Setelah itu beliau meninggalkan mereka dan sayapun mengikutinya secara diam-diam, tidak seberapa lama berjalan tiba-tiba sudah sampai kembali dipintu kota Baghdad, maka membukalah pintu itu sebagaimana tadi, lalu sampai pula ke pintu madrasah dan demikian juga, lalu beliau masuk ke rumahnya. Keesokan harinya saya menghadap Kanjeng Syaikh untuk menguji, setelah menghadap saya takut dengan sendirinya kerena kewibawaannya, sampai-sampai saya tidak bisa membaca kitab. Maka beliau berkata : Wahai anakku bacalah dan tidak apa-apa. Kemudian saya mengatakan dan bersumpah agar beliau berkenan untuk menjelaskan kejadian yang saya lihat semalam. Maka beliau menjelaskan : Tempat yang saya kunjungi itu namanya Nahaawandu, dan enam orang itu, mereka adalah wali abdal dan orang yang merintih dalam keadaan sakit itu adalah orang ketujuh dari mereka. Ketika sampai ajalnya, maka saya datang untuk ta'ziyah. Adapun orang yang membawa jenazahnya itu adalah Abul Abas dengan sebutan nabi  Khidlir as, ia mengambilnya untuk dirawat yaitu dimandikan, dikafani dan di shalati serta dikuburkan. Dan yang saya ikrarkan mengucapkan dua  kalimat syahadat itu adalah Nashroni dari negeri Qusthonthiniyah untuk saya jadikan ganti orang yang meninggal itu.

            وَذَكَرَ الشَّيْخُ عَبْدِ اللهِ الْمُوْصِلِىُّ _ أَنَّ اْلإِمَامَ الْمُسْتَـنْجِدَ بِاللهِ أَبَا الْمُظَفَّرِ يُوْسُفَ جآءَ إِلَى الشَّيْخِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَاسْتَوْصَاهُ _ وَوَضَعَ بَيْنَ يَدَيْهِ مَالًا فِىْ عَشْرَةِ أَكْيَاسٍ يُحْمِلُهَا عَشْرَةٌ مِنَ الْخُدَّامِ _ فَرَدَّهَا الشَّيْخُ فَأَبَا الْخَلِيْفَةُ إِلَّا أَنْ يَقْبَلَهَا وَأَلَحَّ عَلَى الشَّيْخِ _ فَأَخَذَ الشَّيْخُ كِيْسَيْنِ مِنْهَا فِىْ يَدَيْهِ _وَهُمَا خَيْرُ اْلأَكْيَاسِ وَأَحْسَنُهَا وَعَصَرَهُمَا فَسَالَا دَمَا _ فَقَالَ الشَّيْخُ لِلْخَلِيْفَةِ أَمَّا تَسْتَحِىْ مِنَ اللهِ تَعَالٰى أَنْ تَأْخُذَ دَمَ النَّاسِ وَتُقَابِلَنِىْ بِه۪ _ فَقَالَ الشَّيْخُ : وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ _ لَوْلَاحُرْمَةُ اتِّصَالِه۪بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ _ لِتَرَكْتُ الدَّمَ يَجْرِىْ إِلٰىمَنْزِلِه۪ _
                Syaikh Abdullah Al-Mushaliy bercerita : Sesungguhnya ada seorang raja yang adil terkenal dengan sedutan Al-Mustanjid billahi yaitu Abul Mudhoffar Yusuf datang menghadap Kanjeng Syaikh, semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi kesejahteraan, dan mohon untuk dinasehati dengan membawa sepuluh kantong penuh berisi uang yang dibawa oleh sepuluh pembantunya untuk hadiah Kanjeng Syaikh, tetapi Kanjeng Syaikh menolaknya, maka raja itupun merasa kecewa dan mencemoohnya sambil memaksanya agar Kanjeng Syaikh sudi untuk menerimanya. Maka Kanjeng Syaikh mengambilnya dua kantong tadi, maka mengalirlah darah. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepada raja : Apakah raja tidak malu kepada Allah ta'ala dengan memeras darahnya rakyat yang kemudian raja serahkan kepada saya dengan memaksanya? Seketika itu juga sang raja menjadi pingsan. Kanjeng Syaikh berkata : Demi Dzat Yang Maha Agung dan yang berhak disembah, seandainya saya tidak menghormati nasabnya yang bersambung dengan Rasulullah saw, pasti saya biarkan darah itu terus mengalir sampai di rumahnya.

            قَالَ عَبْدُ اللهِ الْمَذْكُوْرِ : وَشَهِدْتُ الْخَلِيْفَةَ عِنْدَه۫ يَوْمًا _فَقَالَ لِلشَّيْخِ : أُرِيْدُ شَيْأً مِنَ اْلكَرَامَاتِ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِىْ _ قَالَ : وَمَا تُرِيْدُ ؟ قَالَ تُفَّاحًا مِنَ اْلغَيْبِ وَلَمْ يَكُنْ أَوَّانُه۫ بِاْلعِرَاقِ _ فَمَدَّ الشَّيْخُ يَدَه۫ فِى الْهَوآءِ _ فَإِذًا فِيْهَا تُفَّاحَتَانِ _ فَنَاوَلَه۫ إِحْدَاهُمَا وَكَسَرَ الشَّيْخُ الَّتِىْ فِىْ يَدَه۪ فَإِذًا هِيَ بَيْضآءُ تَفُوْحُ مِنْهَا رَائِحَةُ الْمِسْكِ _ وَكَسَرَ الْخَلِيْفَةُ اْلأُخْرٰى فَإِذًا فِيْهَا دُوْدَةٌ _ فَقَالَ : مَاهٰذِه۪ وَاَّلتِىْ بِيَدِكَ كَمَا تَرٰى _ أَوْ قَالَ : كَمَا أَرٰى _ قَالَ الشَّيْخُ : يَا أَباَ الْمُظَفَّرِ _ هٰذِه۪ لَمَسَتْهَا يَدُ الظَّالِمِ فَدَوَّدَتْ كَمَا تَرٰى _ وَهٰذِه۪لَمَسَتْهَا يَدُ الْوِلَايَةِ فَطَابَتْ _ وَقَدْ تَقَدَّمَتْ قِصَّةُ التُّفَّحِ الَّذِىْ جآءَ بِهِ الْخَلِيْفَةُ لِلشَّيْخِ _
                Syaikh Abdullah Al-Mushaliy menceritakan lagi : Pada suatu hari saya menyaksikan raja Abul Mudhoffar Yusuf berada di depan Kanjeng Syaikh, maka mengatakan kepada beliau : Saya ingin melihat sesuatu dari kekaromahan untuk menenangkan hati saya. Kanjeng Syaikh bertanya : Apa yang engkau kehendaki? Jawab sang raja : Saya menginginkan buah apel dari alam ghoib. Padahal di Iraq waktu itu tidak ada musim apel. Maka Kanjeng Syaikh menjulurkan tangannya ke udara, tiba-tiba di tangannya ada dua buah apel, maka yang satu diberikan kepada raja dan satunya lagi dipegang. Kemudian Kanjeng Syaikh memecah apel yang di tangannya, maka tiba-tiba apel itu warnanya putih bersih, harum baunya bagaikan kasturi. Dan raja itupuin juga memecah apel yang di tangannya, maka tiba-tiba apel itu penuh dengan ulat. Maka raja itu berkata : Kenapa begini sedangkan apel yang di tangan Syaikh baik sekali. Kanjeng Syaikh berkata : Wahai Abul Mudhoffar, apel ini di tangan orang lalim maka akan mengeluarkan ulat sebagaimana kau lihat, sedang apel ini berada di tangan kekasihnya Allah, maka menjadi harum baunya dan nikmat. Dan cerita apel ini sudah pada kisah di muka yang dibawa oleh raja diaturkan kepada Kanjeng Syaikh.
            وَكَرَمَاتُه۫ أَكْثَرُ مِنْ أَنْتُحْصٰى وَأَعْظَمُ من أَنْتُسْتَقْصٰى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَعَنَّا بِرِضآئِه۪ الرَّفِيْعِ _ وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِهِ اْلوَسِيْعِ _
                Dan kekaromahan beliau masih lenih banyak dari yang sudah diterangkan dan lebih agung lagi sampai-sampai tidak bisa diterangkan. Semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau dan atas kita berkah keridlohan-Nya dan pertolongan kita atas pertolongan-Nya Yang Maha Luas.

اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum keridhoan-Mu kepada kanjeng   Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.

PEMBERDAYAAN IBU-IBU PKK MELALUI PELATIHAN PRODUK TANAMAN TOGA

Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempun...