Minggu, 18 November 2018

MAKALAH UNSUR-UNSUR DAKWAH

MAKALAH
UNSUR-UNSUR DAKWAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuiliah: Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Jauharotul Farida,M.Ag



Disusun Oleh:
1.      Muhammad Muhis Faroqi (1701046041)
2.      Dinna Sixteen Novianti (1701046067)
3.      Sekar Wahyning Wulan (1701046072)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I   : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
BAB II  : PEMBAHASAN
A. Pengertian Unsur-Unsur Dakwah......................................................... 4
B. Unsur-Unsur atau Rukun Dakwah........................................................ 5
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 11
B. Penutup.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12












BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Sebagai sebuah gerakan, dakwah sudah teruji dan terbukti mampu menciptakan peradaban manusia dari buruk menjadi baik dan lebih baik. Dakwah dapat diwujudkan dengan menggunakan cara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Dakwah melalui lisan dan tulisan biasa nya disebut sebagai dakwah cultural, sedangkan dakwah dengan perbuatan termasuk melalui kekuasaan dan kebijakan biasanya disebut sebagai dakwah structural.
Keberhasilan dalam membangun peradaban manusia ynag lebih baik, sejatinya harus menjadi prestasi yang terus dipertahankan dan ditingkatkan. Upaya optimalisasi kuantitas dan kualitas dai harus menjadi prioritas. Spirit itu tampaknya yang menjadi dasar berdirinya fakultas dakwah diperguruan tinggi islam di Indonesia.
Dewasa ini, upaya para ilmuan dakwah tidak sebatas melakukan proses sosialisasi, transformasi, dan edukasi bagi mahasiswa sebagai kader juru dakwah pada masa mendatang, tetapi terus berupaya meneguhkan bahwa dakwah ilmu ilmu dakwah yang sejajar dengan ilmu ilmu keislaman lainnya. Bahkan dengan makna universal, dakwah merupakan bagian ilmu sosial yang sejajar dengan kajian ilmu sosial lainnya.
Pemikiran pemikiran yang bersifat ijtihad ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan masukan dari para ilmuwan dakwah gun amelengkapi kajian sangat dinantikan penulis.Semoga setetes pengetahuan ini menjadi inspirasi dan motivasi dalam membangun keilmuan dakwah.
B. RUMUSAN MASALAH
            1. Apa itu unsur-unsur dakwah ?
            2. Bagaimana unsur-unsur dakwah itu?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN UNSUR-UNSUR DAKWAH

Unsur-unsur dalam istilah komunikasi, atau disebut rukun dalam istilah fiqih, memiliki makna segala sesuatu yang harus terpenuhi dan jika tidak terpenuhi tidak bisa terjadi suatu kegiatan. Atas dasar pengertian itu, unsur-unsur dakwah satu dengan lainnya saling bergantung dalam prosesnya.
Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia kepada islam,agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik dan benar,melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar yang diridhoi oleh Allah SWT. Sehingga hidup dan kehidupannya selama berada didunia ini selalu dalam petunjuk islam, sehingga akan memperoleh kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi
Rumusan unsur-unsur dakwah tersebut didasarkan pada definisi al-quran sebagai sumber ilmu dakwah bahwa al-quran adalah: “firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Muhammad SAW, dengan kata kata bahasa Arab dengan maknanya agar menajdi argument atas kerasulan Muhammad SAW sebagai tuntunan hidup manusia, membacanya menjadi ibadah, yang ditulis dalam mushaf yang diawali dalam surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah ann-nas yang sampai kepada kita secara mutawatir, baik tulisan maupun penuturannya, dari satu generasi ke genearasi lain yang tetap terjaga dari perubahan dan berlaku sepanjang masa.”
Dalam kegiatan berdakwah tersebut terdapat beberapa unsur-unsur pokok yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah, paling tidak terdapat 3(tiga) unsur penentu sehingga proses dakwah itu dapat berlangsung, yaitu Da’i (subyek dakwah), Mad’u (obyek dakwah), Maudhu’ul dakwah (materi dakwah). Sedangkan unsur-unsur yang lain yang juga dapat mempengaruhi proses dakwah antara lain seperti: Wasaailul dakwah (media dakwah), Thoriqotud dakwah (metode dakwah), Ghoyatul dakwah (tujuan dakwah) dan Idarotul dakwah (manajemen dakwah) dan lain-lainnya.

B.     UNSUR-UNSUR ATAU RUKUN DAKWAH

1.      Pelaku Dakwah(Da’I atau Da’iyah)
Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, yang dilakukan secara individu, kelompok, maupun organisasi atau lembaga.
Secara umum, dai acapkali disamakan dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran islam). Namun, sebeneran memiliki konotasi sempit, yaitu hanya membatasi dai sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam secara lisan. Padahal, kewajiban dakwah adalah milik siapa saja yang mengaku sebagai umat rasulullah SAW.
Dai harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, kehidupan, dan apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan yang menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak melenceng.
Dalam hal da’i/ juru dakwah ini Al-Ustadz Al-Bahy Al-Khuly, dalam kitabnya Tadzkirotut Du’at mengatakan:
Da’i itu adalah lain dari seorang khotib. Khotib hanyalah seorang ahli pidato. Sedangkan seorang da’i adalah seorang yang mengimani suatu idea yang ia propagandakan baik dengan pidato, pembicaraan sehari-hari maupun dengan amal perbuatannya yang bersifat perseorangan ataupun sosial dan dengan setiap jalan dakwah yang dapat ia lakukan.
Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyid mengatakan da’i harus memiliki sifat keutamaan dan sifat kesempurnaan. Diantara sifat-sifat tersebut adalah:
a). Mengetahui secukupnya tentang Al-qur’an dan As-Sunnah, hukum-hukum, rahasia-rahasia tasyri’, perihidup Rasulullah dan jejak langkah khulafa’urrasyidin dan salafussalih.
b). Mengamalkan ilmunya sehingga tidak bertentangan perbuatannya dengan perkataannya, lahir dan batinnya.
c). Penyantun dan lapang dada. Karena apabila ia keras dan sempit pandangan akan larilah orang-orang dari padanya.
d). Berani tidak takut kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan memperjuangkan yang baik.
Sementara itu Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A(dalam psikologi dakwah, Faizah, S.Ag, MA dan H. Lalu Muchsin Effendi, LC, MA, 2006) menyatakan:Oleh karena itu untuk menjadikan dakwah yang efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip-prinsip dakwah sebagai berikut:
a). Berdakwah itu harus dimulai dengan diri sendiri (ibda’ binafsik) dan kemudian menjadi keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat qu anfusakum wa ahlikum naara.
b). Secara mental Da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yaitu mewarisi kejuangan yang bere[1]siko, al ulama’ warasatul anbiya’
c). Da’i harus menyadari bahwa masyarakat harus membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan.1
2.      Objek Dakwah (Mad’u)
Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusi tanpa kecuali, baik pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun rakyat biasa. Seuruh umat manusia, Karena islam bersifat universal, objek dakwah  pun adalah manusia secara universal. Hal ini didasarkan juga kepada misi Muhammad SAW. Yang diutus oleh Allah untuk mendakwahkan islam kepada segenap umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam QS.Al-a’raf (7):158 :
Katakanlah:”hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tiada tuhan (yang berhak disembah) selain dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasulnya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatnya (kitab-kitabnya)dan ikutilah dia supaya kamu dapat petunjuk.”
Dengan kata lain, objek dakwah adalah manusia sebagai penerima dakwah baik individu maupun kelompok, bahkan umat islam maupun bukan, atau manusia secara keseluruhan.
3.      Materi Dakwah (maudhu’ al-dakwah)
Materi atau pesan dakwah adalah pesan pesan yang berupa ajaran islam atau sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada didalam kitabullah dan sunnah Rasulullah. Pesan dakwah berisi semua bahan atau mata pelajaran yang berisi tentang pelajaran agama yang akan disampaikan oleh dai kepada mad’u dalam suatu aktivitas dakwah agar mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Secara umum, materi dakwah bias diklasifikasikan menjadi 4 masalah pokok:
1.      Masalah Akidah
Masalah pokok yang menjadikan matrei dakwah adalah akidah islamnya.Akidah dan keimanan menjadi materi utama dalam dakwah. Karena aspek iman dan akidah merupakan komponen utama yang akan membentuk moralitas atau akhlak umat
2.      Masalah syariat
Hokum atau syariat sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa keika ia tumbuh matang dan sempurna peradaban mencerminkan diri dalam hukum hukum nya. Pelaksanaan syariat merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan melindungi nya dalam sejarah. Syari’at selalu akan menjadi kekuatan peradaban dikalangan umat muslim.
3.      Masalah Mu’amalah
Islam merupakan merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya dari pada urusan ibadah.Ibadah mua’amalah dipahami sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan sesame mahkluqdalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada kehidupan ritual.
4.      Masalah Ahklaq
Secara etimologi, kata ahklaq berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun dan berate budi pekerti, perangai dan tingkah laku.
Menurut al-Farabi, ilmu ahklaq adalah pembahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidup yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.
Oleh karena itu, berdasarkan pengertian tersebut, ahklaq dalam islam pada dasarnya meliputi perbuatan manusia yang merupakan ekspresi kondisi jiwanya.
4.      Media(Washilah) Dakwah
Secara bahasa, wasilah (menggunakan sinوسيله, bentuk jamaknya وسائل) berasal dari bahasa Arab yang brarti: al-wuslah, al-ittisal, yaitu segala hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu yang dimaksud.Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada sesuatu lainnya.Alat yang digunakan sebagai perantara untuk melaksanakan dakwah diantaranya berupa tulisan,lisan,visual, audio, dan keteladanan.
Menurut Muhammad Abu al-fatah al- Bayanuni, berdasarkan isyarat firman Allah tentang wasilah dalam konteks dakwah terbagi menjadi dua yaitu: (1). Washilah Ma’nawiyyah (2). Washilah Madhiyah.Washilah Ma’nawiyyah adalah media yang bersifat imateri, seperti rasa cinta kepada Allah dan Rasul-nya, serta memperbesar kualitas ihklas.Washilah Madhiyyah adalah media yang bersifat material, yaitu segala bentuk alat yang bias di indra dan dapat membantu para da’i dalam menyampaikan mad’u.
Media tersebut menjadi 3 bentuk yaitu: (1) Media yang bersifat fitrah( (wasail fitriyah), yaitu kemampuan yang melekat pada bakat da’i, seperti ceramah monolog,mengajar, ceramah umum, dan khutbah (2). Media yang bersifat ilmiyah (wasaail fanniyah) seperti (karya tulis), (karya lukis),( kreasi suara) berupa pengeras suara, telfon. (audio-visual), seperti radio,tv, film, serta seperti teather dan drama. (3) Media yang bersifat praktis (tatbiqiyah), seperti: memakmurkan masjid, mendirikan organisasi, mendirikan sekolah, rumah sakit, menyelenggarakan seminar dan mendirikan sistem pemerintahan islam.
5.      Metode (uslub) Dakwah
Secara bahasa, kata metode dalam bahasa latin berasal dari dua akar kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara.Dalam bahasa yunani, metode berasal dari akar kata methodos yang berarti jalan. Dalam bahasa jerman metode berasal dari akar kata methodica yang berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa arab, metode disebut tariq atau tariqoh yang berarti jalan atau cara. Kata kata tersebut identik dengan kata uslub.
Secara perinci, meode dapat diartikan sebagai suatu cara biasa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pda umumnya merujuk pada surat an-Nahl:125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَدِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ اَحْسَنُ طاِنَّ رَبَّكَ هُوَا اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ ط وَهُوَاَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ(125)
“serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui   tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Definisi dakwah adalah menyeru, memanggil, dan mengajak manusia menuju jalan Allah SWT .jadi, metode dakwah (uslub al-dakwah ) adalah segalacara yang harus ditempuh dalam menegakan dakwah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan  yaitu terciptanya kondisi kehidupan mad’u yang as-salam baik diduniamaupun diakhirat, dengan menjalani syariat islam secara keseluruhan.
6.      Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh da’i dengan materi dakwah. Wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).
Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pad langkah-langkah berikutnya. Demikian juga strategi dakwah termasukdidalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditinggalkan.
Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek dakwah ada tiga macam yaitu yang pertama, Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan  dengan transmisi pengetahuan, keterampilan kepercayaan, atau informasi. Kedua, Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segal yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Dan yang Ketiga, Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat amati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan bab pertama dan bab kedua maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Membenahi pandangan hidup umat
2.  Membangun Masyarakat Islam
3.  Menjadikan Agama Islam Rahmatan Lil Alamin
B. Penutup
Alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayahnya kepada penulis. Dalam menyampaikan makalah sehinnga dapat di selesaikan dengan baik oleh karena itu, apabila dalam penyusunan makalah yang telah di buat oleh penulis, kata-kata yang tidak selayaknya penulis tuliskan maupun susunannya tidak mampu memenuhi susunan tata bahasa yang baik dan lain-lainnya. Maka sudilah pembaca memberikan kritik-kritik atau saran yang sifatnya membangun agar dapat menyusun dengan baik. AMIIN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan umat islam umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan Amiin-Amiin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Sukayat,Tata. (2015). Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi Asyarah. Bandung:Simbiosa Rekatama Media
Munir,Wahyu illaihi. (2006). Managemen Dakwah. Jakarta:Kencana
Sanwar, Aminuddin. (2009). Ilmu Dakwah Suatu Pengantar Studi. Semarang:Gunungjati



[1] Aminuddin Sanwar, Ilmu dakwah Suatu Pengantar Studi, (Semarang:Rifqul, 2009), hlm  92-99

1 komentar:

PEMBERDAYAAN IBU-IBU PKK MELALUI PELATIHAN PRODUK TANAMAN TOGA

Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempun...