MAKALAH
UNSUR-UNSUR DAKWAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuiliah: Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Jauharotul Farida,M.Ag
Disusun Oleh:
1.
Muhammad Muhis Faroqi (1701046041)
2.
Dinna Sixteen Novianti (1701046067)
3.
Sekar Wahyning Wulan (1701046072)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah....................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian
Unsur-Unsur Dakwah......................................................... 4
B. Unsur-Unsur atau
Rukun Dakwah........................................................ 5
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 11
B. Penutup.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai sebuah gerakan, dakwah sudah teruji dan
terbukti mampu menciptakan peradaban manusia dari buruk menjadi baik dan lebih
baik. Dakwah dapat diwujudkan dengan menggunakan cara lisan, tulisan, maupun
perbuatan. Dakwah melalui lisan dan tulisan biasa nya disebut sebagai dakwah
cultural, sedangkan dakwah dengan perbuatan termasuk melalui kekuasaan dan
kebijakan biasanya disebut sebagai dakwah structural.
Keberhasilan dalam membangun peradaban manusia ynag
lebih baik, sejatinya harus menjadi prestasi yang terus dipertahankan dan
ditingkatkan. Upaya optimalisasi kuantitas dan kualitas dai harus menjadi
prioritas. Spirit itu tampaknya yang menjadi dasar berdirinya fakultas dakwah
diperguruan tinggi islam di Indonesia.
Dewasa ini, upaya para ilmuan dakwah tidak sebatas
melakukan proses sosialisasi, transformasi, dan edukasi bagi mahasiswa sebagai
kader juru dakwah pada masa mendatang, tetapi terus berupaya meneguhkan bahwa
dakwah ilmu ilmu dakwah yang sejajar dengan ilmu ilmu keislaman lainnya. Bahkan
dengan makna universal, dakwah merupakan bagian ilmu sosial yang sejajar dengan
kajian ilmu sosial lainnya.
Pemikiran pemikiran yang bersifat ijtihad ini masih
jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan masukan dari para ilmuwan
dakwah gun amelengkapi kajian sangat dinantikan penulis.Semoga setetes
pengetahuan ini menjadi inspirasi dan motivasi dalam membangun keilmuan dakwah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu unsur-unsur dakwah ?
2. Bagaimana unsur-unsur dakwah itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN UNSUR-UNSUR DAKWAH
Unsur-unsur dalam istilah komunikasi, atau disebut rukun
dalam istilah fiqih, memiliki makna segala sesuatu yang harus terpenuhi dan
jika tidak terpenuhi tidak bisa terjadi suatu kegiatan. Atas
dasar pengertian itu, unsur-unsur dakwah satu dengan lainnya saling bergantung
dalam prosesnya.
Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru
manusia kepada islam,agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik dan
benar,melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar yang diridhoi oleh Allah SWT.
Sehingga hidup dan kehidupannya selama berada didunia ini selalu dalam petunjuk
islam, sehingga akan memperoleh kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak, karena
hakikat dari pada kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat
yang abadi
Rumusan unsur-unsur dakwah tersebut didasarkan pada
definisi al-quran sebagai sumber ilmu dakwah bahwa al-quran adalah: “firman
Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Muhammad SAW, dengan kata
kata bahasa Arab dengan maknanya agar menajdi argument atas kerasulan Muhammad
SAW sebagai tuntunan hidup manusia, membacanya menjadi ibadah, yang ditulis
dalam mushaf yang diawali dalam surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah
ann-nas yang sampai kepada kita secara mutawatir, baik tulisan maupun
penuturannya, dari satu generasi ke genearasi lain yang tetap terjaga dari
perubahan dan berlaku sepanjang masa.”
Dalam kegiatan berdakwah tersebut terdapat beberapa
unsur-unsur pokok yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah, paling tidak
terdapat 3(tiga) unsur penentu sehingga proses dakwah itu dapat berlangsung,
yaitu Da’i (subyek dakwah), Mad’u (obyek dakwah), Maudhu’ul
dakwah (materi dakwah). Sedangkan unsur-unsur yang lain yang juga dapat
mempengaruhi proses dakwah antara lain seperti: Wasaailul dakwah (media
dakwah), Thoriqotud dakwah (metode dakwah), Ghoyatul dakwah (tujuan
dakwah) dan Idarotul dakwah (manajemen dakwah) dan lain-lainnya.
B.
UNSUR-UNSUR ATAU RUKUN DAKWAH
1. Pelaku
Dakwah(Da’I atau Da’iyah)
Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik
melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, yang dilakukan secara individu,
kelompok, maupun organisasi atau lembaga.
Secara umum, dai acapkali disamakan dengan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran islam). Namun, sebeneran memiliki konotasi
sempit, yaitu hanya membatasi dai sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam
secara lisan. Padahal, kewajiban dakwah adalah milik siapa saja yang mengaku
sebagai umat rasulullah SAW.
Dai harus mengetahui cara menyampaikan dakwah
tentang Allah, alam semesta, kehidupan, dan apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, serta metode yang
dihadirkan yang menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak
melenceng.
Dalam hal da’i/ juru dakwah ini Al-Ustadz Al-Bahy
Al-Khuly, dalam kitabnya Tadzkirotut Du’at mengatakan:
Da’i itu adalah lain dari seorang khotib. Khotib hanyalah
seorang ahli pidato. Sedangkan seorang da’i adalah seorang yang mengimani suatu
idea yang ia propagandakan baik dengan pidato, pembicaraan sehari-hari maupun
dengan amal perbuatannya yang bersifat perseorangan ataupun sosial dan dengan
setiap jalan dakwah yang dapat ia lakukan.
Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyid
mengatakan da’i harus memiliki sifat keutamaan dan sifat kesempurnaan. Diantara
sifat-sifat tersebut adalah:
a). Mengetahui secukupnya tentang Al-qur’an dan
As-Sunnah, hukum-hukum, rahasia-rahasia tasyri’, perihidup Rasulullah dan jejak
langkah khulafa’urrasyidin dan salafussalih.
b). Mengamalkan ilmunya sehingga tidak bertentangan
perbuatannya dengan perkataannya, lahir dan batinnya.
c). Penyantun dan lapang dada. Karena apabila ia keras
dan sempit pandangan akan larilah orang-orang dari padanya.
d). Berani tidak takut kepada siapapun dalam menyatakan,
membela dan memperjuangkan yang baik.
Sementara itu Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A(dalam
psikologi dakwah, Faizah, S.Ag, MA dan H. Lalu Muchsin Effendi, LC, MA, 2006)
menyatakan:Oleh karena itu untuk menjadikan dakwah yang efektif, masyarakat
dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip-prinsip dakwah sebagai
berikut:
a). Berdakwah itu harus dimulai dengan diri sendiri (ibda’
binafsik) dan kemudian menjadi keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat qu
anfusakum wa ahlikum naara.
b). Secara mental Da’i harus siap menjadi pewaris para
nabi, yaitu mewarisi kejuangan yang bere[1]siko,
al ulama’ warasatul anbiya’
c). Da’i harus menyadari bahwa masyarakat harus
membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun
harus memperhatikan tahapan-tahapan.1
2.
Objek Dakwah (Mad’u)
Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat
manusi tanpa kecuali, baik pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama,
pemimpin maupun rakyat biasa. Seuruh umat
manusia, Karena islam bersifat universal, objek
dakwah pun adalah manusia secara
universal. Hal ini didasarkan juga kepada misi Muhammad SAW. Yang diutus oleh
Allah untuk mendakwahkan islam kepada segenap umat manusia, sebagaimana
dijelaskan dalam QS.Al-a’raf (7):158 :
Katakanlah:”hai
manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
memiliki kerajaan langit dan bumi, tiada tuhan (yang berhak disembah) selain
dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasulnya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimatnya (kitab-kitabnya)dan ikutilah dia supaya kamu dapat petunjuk.”
Dengan kata lain, objek dakwah adalah manusia
sebagai penerima dakwah baik individu maupun kelompok, bahkan umat islam maupun
bukan, atau manusia secara keseluruhan.
3. Materi Dakwah (maudhu’ al-dakwah)
Materi atau pesan dakwah adalah pesan pesan yang
berupa ajaran islam atau sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek
dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada didalam kitabullah dan sunnah Rasulullah. Pesan dakwah
berisi semua bahan atau mata pelajaran yang berisi tentang pelajaran agama yang
akan disampaikan oleh dai kepada mad’u dalam suatu aktivitas dakwah agar
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Secara umum, materi dakwah bias diklasifikasikan
menjadi 4 masalah pokok:
1. Masalah Akidah
Masalah pokok yang menjadikan
matrei dakwah adalah akidah islamnya.Akidah
dan keimanan menjadi materi utama dalam dakwah. Karena aspek iman dan akidah
merupakan komponen utama yang akan membentuk moralitas atau akhlak umat
2. Masalah syariat
Hokum atau syariat sering disebut
sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa keika ia tumbuh matang dan
sempurna peradaban mencerminkan diri dalam hukum hukum nya. Pelaksanaan syariat
merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan
melindungi nya dalam sejarah. Syari’at selalu akan menjadi kekuatan peradaban
dikalangan umat muslim.
3. Masalah Mu’amalah
Islam merupakan merupakan agama
yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya dari pada urusan
ibadah.Ibadah mua’amalah dipahami sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan
sesame mahkluqdalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.Islam lebih banyak
memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada kehidupan ritual.
4. Masalah Ahklaq
Secara etimologi, kata ahklaq
berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun
dan berate budi pekerti, perangai dan tingkah laku.
Menurut al-Farabi,
ilmu ahklaq adalah pembahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat
menyampaikan manusia kepada tujuan hidup yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.
Oleh karena itu, berdasarkan pengertian
tersebut, ahklaq dalam islam pada dasarnya meliputi perbuatan manusia yang
merupakan ekspresi kondisi jiwanya.
4. Media(Washilah) Dakwah
Secara bahasa, wasilah (menggunakan sinوسيله, bentuk jamaknya وسائل) berasal dari bahasa Arab yang brarti: al-wuslah, al-ittisal, yaitu segala hal yang dapat mengantarkan
kepada sesuatu yang dimaksud.Sedangkan
secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada sesuatu
lainnya.Alat yang digunakan
sebagai perantara untuk melaksanakan dakwah diantaranya berupa
tulisan,lisan,visual, audio, dan keteladanan.
Menurut Muhammad Abu al-fatah al- Bayanuni,
berdasarkan isyarat firman Allah tentang wasilah dalam konteks dakwah terbagi
menjadi dua yaitu: (1). Washilah
Ma’nawiyyah (2). Washilah Madhiyah.Washilah
Ma’nawiyyah adalah media yang bersifat imateri, seperti rasa cinta kepada Allah
dan Rasul-nya, serta memperbesar kualitas ihklas.Washilah Madhiyyah adalah
media yang bersifat material, yaitu segala bentuk alat yang bias di indra dan
dapat membantu para da’i dalam menyampaikan mad’u.
Media tersebut menjadi 3 bentuk yaitu: (1) Media
yang bersifat fitrah( (wasail fitriyah), yaitu kemampuan yang melekat pada
bakat da’i, seperti ceramah monolog,mengajar, ceramah umum, dan khutbah (2).
Media yang bersifat ilmiyah (wasaail fanniyah) seperti (karya tulis), (karya
lukis),( kreasi suara) berupa pengeras suara, telfon. (audio-visual), seperti
radio,tv, film, serta seperti teather dan drama. (3) Media yang bersifat
praktis (tatbiqiyah), seperti: memakmurkan masjid, mendirikan organisasi,
mendirikan sekolah, rumah sakit, menyelenggarakan seminar dan mendirikan sistem
pemerintahan islam.
5. Metode (uslub) Dakwah
Secara bahasa, kata metode dalam bahasa latin
berasal dari dua akar kata, yaitu meta yang
berarti melalui dan hodos yang
berarti jalan atau cara.Dalam
bahasa yunani, metode berasal dari akar kata methodos yang berarti jalan. Dalam bahasa jerman metode berasal
dari akar kata methodica yang berarti
ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa arab, metode disebut tariq atau
tariqoh yang berarti jalan atau cara. Kata kata tersebut identik dengan kata
uslub.
Secara perinci, meode dapat diartikan sebagai suatu
cara biasa
ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan
menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pda umumnya
merujuk pada surat an-Nahl:125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَدِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ اَحْسَنُ طاِنَّ رَبَّكَ هُوَا اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ ط وَهُوَاَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ(125)
“serulah
(manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
Definisi dakwah adalah menyeru, memanggil, dan
mengajak manusia menuju jalan Allah SWT .jadi, metode dakwah (uslub al-dakwah )
adalah segalacara yang harus ditempuh dalam menegakan dakwah untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan yaitu terciptanya
kondisi kehidupan mad’u
yang as-salam baik diduniamaupun diakhirat, dengan menjalani syariat islam
secara keseluruhan.
6.
Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap
aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah
dilakukan oleh da’i dengan materi dakwah. Wasilah dan thariqah tertentu, maka
akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).
Atsar (efek) sering
disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering
dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka
menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal,
atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.
Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang
sangat merugikan pencapaian tujuan akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan
menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi
dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pad langkah-langkah
berikutnya. Demikian juga strategi dakwah termasukdidalam penentuan unsur-unsur
dakwah yang dianggap baik dapat ditinggalkan.
Jalaluddin Rahmat
menyatakan bahwa efek dakwah ada tiga macam yaitu yang pertama, Efek
kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan kepercayaan, atau informasi. Kedua,
Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segal yang berhubungan dengan
emosi, sikap serta nilai. Dan yang Ketiga, Efek behavioral, yaitu
merujuk pada perilaku nyata yang dapat amati, yang meliputi pola-pola tindakan,
kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis
menguraikan bab pertama dan bab kedua maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Membenahi
pandangan hidup umat
2. Membangun Masyarakat Islam
3. Menjadikan Agama Islam Rahmatan Lil Alamin
B. Penutup
Alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayahnya kepada penulis.
Dalam menyampaikan makalah sehinnga dapat di selesaikan dengan baik oleh karena
itu, apabila dalam penyusunan makalah yang telah di buat oleh penulis, kata-kata
yang tidak selayaknya penulis tuliskan maupun susunannya tidak mampu memenuhi
susunan tata bahasa yang baik dan lain-lainnya. Maka sudilah pembaca memberikan
kritik-kritik atau saran yang sifatnya membangun agar dapat menyusun dengan
baik. AMIIN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan umat islam umumnya.
Akhirnya penulis mengucapkan Amiin-Amiin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Sukayat,Tata. (2015).
Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah. Bandung:Simbiosa Rekatama Media
Munir,Wahyu illaihi. (2006). Managemen Dakwah. Jakarta:Kencana
Sanwar, Aminuddin.
(2009). Ilmu Dakwah Suatu Pengantar Studi. Semarang:Gunungjati
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus